Sunday, January 31, 2016

Hanya Sebentar di Neraka?

Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja". Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?"
(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(Terjemah QS. Al-Baqoroh : 80-81)

***

Memang, ayat di atas bercerita tentang Bani Isroil, bagaimana mereka meremehkan dosa-dosa yang telah diperbuat dan menganggap ringan beberapa hari disentuh api neraka.

Tapi, saat berkaca diri, mengevaluasi hati, terasa mengerikan sekali. Takut termasuk orang-orang yang bersifat dan berkata serta bertindak seperti mereka. Meremehkan dosa saat meninggalkan perintah Allah atau justru melanggar latangan-larangan-Nya. Melupakan begitu saja, seakan yakin bahwa Allah telah mengampuni. Belum lagi saat tidak sadar, dalam pengertian ketiadaan ilmu, berkata dan beranggapan yang salah tentang hukum-hukum Allah. Lebih parah lagi kalau dosa-dosa itu menginspirasi orang lain untuk juga melakukannya.

Astaghfirullah!

Yaa Ghofur...mohon, ampuni kami karena kebodohan dan kelalaian ini.

Allahumma ajirna minannaar, jauhkan kami dari neraka sejauh-jauhnya.

Saturday, January 30, 2016

Mengapa Menerbitkan Indie?

"Nggak dicantumkan cetakan kedua, sengaja apa lupa?" smsku pada penerbit, setelah memeriksa buku cetakan kedua. Di sana hanya tertulis cetakan Januari 2016, sama seperti cetakan pertama.

"Lazimnya sekali cetak minimal 2500 eksemplar, Mi," balasnya.

Jadi?

Ha ha ha, jadi malu ingat buku Umi &Richie, keren banget tertulis cetakan kedua. Padahal cetakan pertama 100 eks. dua bulan berikutnya cetak lagi 100 eks.

Ini buku keempat  yang diterbitkan, walaupun terhitung buku ketiga yang ber-ISBN.

Jadi bisa dibilang, ini buku indie berstandar mayor dari sisi pandang jumlah cetakan.

Banyak yang menyayangkan, kenapa tidak mencoba mayor?

Apa nggak percaya diri bukunya layak terbit mayor? Atau karena menyadari sebagai penulis pemula dan dadakan?

Ya, ada memang perasaan seperti itu, apalagi kalau sudah kumpul-kumpul di Komunitas Bisa Menulis, sebagai tempat awal aku belajar  menulis. Tapi bukan itu yang dominan.

Ada sebab lain yang memantapkan hati memilih terbit indie:

1. Kalau ingin menerbitkan mayor tentu harus memenuhi kriteria yang ditentukan penerbit, yang pastinya setiap penerbit punya standar kualitas tertentu.

2. Bagaimanapun harus mengikuti mekanisme yang ada, penyaringan naskah yang tentu saja ada masa tunggunya.

Nah! Ini yang bikin malas! Bersaing dan menunggu!

Idih! Mental apaan! Mau menang tapi nggak mau bersaing?

Ha ha ha, mungkin faktor usia juga mempengaruhi! Percaya deh, aku mantan pejuang yang gigih bersaing! Cieeeeeh! Rasanya sudah cape mau bersaing, beri kesempatan yang muda, toh mereka seperti anak-anakku sendiri. Uhuk! 😃

Nah, kalau malas menunggu mungkin bisa dimaklumi, ya? Namanya orang sudah tua, yang keingat masih berapa lama lagi kesempatan yang ada? Berburu dengan umur, bukan bersaing.

Dan lagi, bacaan itu menyangkut selera yang tidak  bisa diseragamkan dengan ukuran penerbit, walaupun kriteria penerbit juga berdasarkan selera mayoritas pembaca. Tapi yang namanya manusia itu unik, seleranya masing-masing.

Dengan doa dan keyakinan, kalau memang buku ini akan berpengaruh pada perbaikan umat manusia, maka Allah akan memudahkan jalannya, aamiin.

Sabar dan Sholat sebagai Penolong

Semua kita hampir pasti pernah mengalami kondisi sulit yang butuh pertolongan untuk keluar dari situasi itu.

Allah sudah memberi tahu bagaimana caranya menghadapi situasi seperti itu, yaitu dengan bersabar selama menjalaninya dan mohon jalan keluar dengan doa, utamanya sholat. Tentu juga dengan ikhtiar sebagai bentuk kesungguhan dari realisasi doa yang kita panjatkan.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Terjemah QS.Al-Baqoroh : 45-46)

Tapi sebagian kita justru lebih fokus pada ikhtiar, menggantungkan harap pada sesama makhluk, bahkan kadang lupa bahwa Allah Maha Kuasa melakukan apapun, termasuk mengeluarkan kita dari kesulitan itu, Allah Maha Berkehendak, tak kan ada yang terjadi tanpa izin-Nya.

Memang, sepertinya kita harus bersegera sesering mungkin membuka-buka buku petunjuk hidup kita, Al-Qur'an, sedikit-sedikit mencoba memahami makna yang terkandung di dalamnya, walau mungkin dengn ilmu yang sangat tidak memadai.

Yakinlah dengan janji Allah, bahwa Al Qur'an mudah dipelajari, sambil terus menambah keilmuan agar pemahaman kita lebih mendekati sesuai dengan maksud Allah.

Thursday, January 28, 2016

Penghiburan

Mungkin tidak setiap syariat Allah kita pahami maksud, tujuan ataupun ibroh dan hikmahnya.

Tetapi dengan landasan ketaatan, maka syariat itu sebaiknya kita jalankan, selama yakin dalilnya bisa dipertanggung-jawabkan. Kesadaran bahwa logika manusia sangat terbatas dibandingkan dengan ilmu Allah yang Maha luas.

Salah satu contoh, sunnahnya membaca qur'an surat Al-Kahfi pada malam atau hari Jum'at.

Terlepas masalah mengapa Jum'at diistimewakan atau nilai keshohihan hadits yang mendasarinya, secara logika sederhana, toh tak ada masalah. Yang dibaca Al Qur-an, yang tak ada larangan kapan dibaca, kalau memang sempat, kenapa tidak dilakukan?

Alhamdulillah, malam ini ada hal istimewa yang saya dapatkan dengan mengamalkannya.

Belakangan saya merasakn ketidaknyamanan saat memperhatikan bahwa semakin banyak orang-orang berani memperolok-olok ayat Allah dan syariat-Nya. Karena menyadari keterbatasan ilmu, tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk menghadapinya, tapi tentu saja membuat kegelisaan saat mengingatnya.

Allah Maha Kuasa dan Berkehendak untuk memilih cara menghibur hamba-hambanya. Hati ini menjadi tenang saat mentadaburinya.

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak menga
dakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (Terjemah QS.  Al-Kahfi : 103-106)

Wednesday, January 27, 2016

Ujian

Ujian

Semakin tinggi pohon, semakin kuat angin yang menerpa.

Kalau tidak salah, itu ungkapan yang sering dilontarkan untuk mensuport orang-orang yang sedang menghadapi ujian di masa puncaknya.

Ada semacam anggapan, semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin populer di masyarakat, sukses di bidangnya, maka tidak heran kalau banyak pesaing yang berusaha menjegal dan ingin merebut keberuntungannya, setidaknya tidak rela melihatnya dengan tenang menikmati kejayaannya. Selalu mengganggu dengan fitnah yang cenderung kejam.

Lalu apa yang harus dilakukan pohon untuk menghadapi angin?

Di mana letak kekuatan pohon untuk menahan angin agar tidak tumbang?

Yups!

Di akarlah kekuatan itu berada.

Dengan akar yang kuat menghunjam bumi, sebatang pohon akan mampu bertahan untuk tidak tumbang. Andai terpaan angin itu begitu kuat, hanya akan mematahkan beberapa dahan yang sudah rapuh, tapi tetap ada kehidupan dan kemungkinan muncul tunas baru yang lebih segar.

Beda masalahnya jika akar itu ala kadarnya, dengan mudah angin sepoi pun mampu menumbangkan pohon itu.

Kapan proses pertumbuhan akar terjadi?

Tentu di awal! Sebelum batang, dahan dan daun muncul, akar lebih dahulu muncul untuk menyambut mereka, mencukupi kebutuhannya. Akar yang baik akan menumbuhkan pohon yang subur, di luar gangguan hama dan penyakit lain.

Hal ini berlaku untuk semua unsur kehidupan.

Kepribadian, keimanan, keilmuan, usaha, dan lain-lain.

Kepribadian yang dibentuk dan dipupuk sejak dini akan menghasilkan sosok dewasa yang berkepribadian kokoh.

Keimanan yang ditanamkan dan dirawat sejak dini, akan memunculkan keimanan yang tahan uji.

Keilmuan yang dilandasi dengan pemahaman akan bercokol dan semakin berkembang dalam diri seseorang.

Usaha yang dirintis dari bawah, dengan kerja keras, menghadapi tantangan dari mulai tumbuhnya tentu akan lebih bertahan dibandingkan usaha yang dibangun berdasarkn motivasi seminar yang hanya sekali dua kali.

Pohon yang tumbuh dengan akar yang kokoh akan mampu menghadapi sekeras apapun angin.

Monday, January 25, 2016

Pola Rizki

Kadang tertawa sendiri kalau memikirkan rizki.

Kesimpulannya, memang rizki itu apa yang bisa kita nikmati.

Maksudnya?

Kadang segala daya diupayakan untuk mendapatkan rizki materi lebih banyak, ibarat kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, #lebayyyy 😃
ya segitulah dikasih-Nya, sesuai kebutuhan.

Ketika kekerasan kerja fisik ditingkatkan, efeknya jelas lebih lelah, butuh istirahat banyak, kadang sakit, harus berobat dengan biaya yang tidak sedikit.

Saat waktu kerja diperbanyak, jelas mengambil jatah waktu untuk yang lain, entah itu untuk ibadah, kebersamaan keluarga, menyalurkan hobi, dsb.

Kalau kita memilih lebih kencang memeras otak, mau tidak mau ada peningkatan stress yang biasanya berdampak pada gangguan kesehatan fisik maupun ketenangan hati.

Jadi?

Pilihlah bentuk rizki yang disukai, harta yang banyak? Kesehatan? Ketenangan hati? Kebersamaan keluarga?

Orang yang adil tentu bisa memilih secara proporsional.

Adil terhadap diri sendiri artinya proporsional dalam memenuhi hak fisik, fikiran dan jiwa.

Adil terhadap keluarga dan orang lain artinya memenuhi hak dan kewajiban terhadap mereka.

Dan orang kaya adalah mereka yang "merasa" cukup.

Orang yang merasa cukup yaitu yang mampu bersyukur dengan rizki yang diterimanya 😊

Melembutkan Hati Di Pasar

Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
أ حب البلا د إلى الله مساجدها وأبغض البلا د إلى الله أ سواقها
” Tempat yang paling disukai oleh Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (671) dan selainnya dari hadits Abu Hurairah radiyallohu ‘anhu. Demikianlah para setan berkumpul di tempat-tempat yang di dalamnya gemar dilakukan perbuatan maksiat dan kemungkaran.

Isi hadits ini benar, jika kita perhatikan kenyataannya, terlepas dari masalah keshohihannya. Tapi bagaimanapun, pasar itu dibutuhkan untuk keberlangsungan kehidupan ekonomi.

Hadits ini hanya mengingatkan agar kita lebih waspada saat berurusan dengan pasar, agar tidak terseret pada hal-hal yang menjadikan pasar sebagai tempat yang dibenci Allah.

Semua kembali kepada kita, bagaimana caranya setiap tempat dan keadaan dapat kita jadikan sarana untuk memperbaiki diri.

Sebagaimana kuburan dapat mengingatkan kita pada kematian dan berusaha mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya. Rumah sakit dapat mengingatkan kita tentang nikmatnya sehat, kita juga dapat menjadikan pasar sebagai tempat melembutkan hati, karena di sana kita jumpai beebagai karakter manusia.

Sekali -kali pergilah ke pasar tradisional yang penuh sesak dan kadang terlihat agak kumuh. Perhatikan para pedagang kecil yang tidak memiliki lapak permanen, bahkan kalau kita perhatikan barang dagangannya hanya sedikit. Bisa jadi di antara mereka ada ibu tua yang hanya menghadap beberapa buah sukun atau labu yang diunduh dari belakang rumahnya. Atau beberapa ikat daun singkong yang diramban dari pagar kebunnya. Atau mereka ikut menjualkan beberapa lenjer tempe buatan tetangganya.

Mereka hanya mendapatkan beberapa ribu rupiah sekedar pulang membawa garam, gula dan sedikit oleh-oleh untuk cucunya.

Dahulukan membeli dagangan mereka yang kita butuhkan seharga yang mereka minta, tanpa menawarnya. Mungkin kita bukan termasuk yang banyak uang untuk memberi sedekah cuma-cuma, dan lagi mereka memang tidak meminta-minta. Memposisikan diri sebagai mereka tentu akan melembutkan hati dan membuat kita lebih bersyukur dengan kondisi, setidaknya kita tidak harus berpayah-payah seperti mereka.

Friday, January 22, 2016

Bijak Komunikasi

Hafa : Umi sakit lagi?

Umi : Nggak, agak pusing aja, tadi malam tidur jam 12an, jam 3 sudah  bangun. Hafa nggak sekolah?

Hafa : Libur, Mbak Husna aja yang sekolah, latihan karate.

Umi : Di kulkas ada sawi dan tahu, mau masaknya kayak waktu itu?

Hafa : Mau.

Hmm, enak banget ya minta tolong anak? Dengan ringan dan tanpa bantahan.

Apa selalu seperti itu?

Nggak juga, tergantung situasi dan pandai-pandai kita memanfaatkan situasi dan kondisi.

Anak seusia Hafa (hampir 11 tahun) sedang senang belajar masak dan sangat senang jika hasilnya dinikmati keluarga. Ketika dimintai tolong untuk masak, tentunya dia merasa dihargai bukan sekedar disuruh-suruh.

Sama halnya dengan Harish, senang banget melakukan kebaikan tertentu untuk Umi, bahkan dia akan ngambek kalau itu dilakukan mbak-mbaknya.

Sebenarnya bukan sekedar masalah anak-anak yang meringankan beban orang tua untuk beberapa tugas kecil, tapi lebih pada bagimana melatih kemandirian dan ketrampilan mereka sejak dini, yang tentunya akan bermanfaat untuk kehidupannya kelak.

Nah, yang sering jadi kendala, saat kita tak bijak memanfaatkan situasi dalam mengkomunikasikannya.

Wednesday, January 20, 2016

Efek Antihistamin

Ini testimoni, jadi nggak boleh dikomplain, he he.

Setiap datang bulan, sejak usia memasuki kepala lima, memang terasa sekali menurunnya stamina.

Bahkan bisa dipastikan, migrain datang, jika persiapan kurang memadai. Jadi, menjelang hari H, diusahakan sudah mempersiapkan madu dan spirulina sebagai suplemen, selain juga menjaga istirahat, asupan yang memadai dan aktivitas yang dikurangi.

H1 dan H2, oke. Sesuai yang seharusnya, tapi H3 diluar kendali. Pagi-pagi menangani dua orang yang terapi, jam 11 memghadiri undangan, jam 13 menerima tamu rombongan, jam 14.30 menghadiri pengajian RT, jam 17.00 menerima tamu sampai maghrib, jam 19.00 besuk teman ke rumah sakit, sampai rumah jam 21.00.

Ha ha, di luar kontrol, tak terkendali, yaaaa, sudah bisa ditebak.

H4 tepar! Migrain datang dengan beberapa pasukannya. Malam hari keluar galigata, nggak kaget sih, karena biasanya, terutama saat cuaca dingin, memang sering galigata, tapi sedikit. Herbal yang biasa untuk mengatasinya, habat, minyak zaitun, sambiloto sudah dikonsumsi, tapi efeknya tidak seperti  biasanya. Madu habis, belum sempat beli.

H5 galigata merata, hampir sekujur tubuh, sampai kepala, mata sebelah bengkak. Terpaksa minum antihistamin yang mengandung Mebhydrolin 50 mg. Memang reaksinya cepat, nggak sampai 2 jam galigata lenyap, gatal menghilang. Tapiiiii...

Mual, diare, lemes, kalau berjalan seperti tidak menapak, pandangan tidak nyaman.

Itu berlangsung selama dua hari satu malam, berangsur-angsur hilang. Bersamaan dengan itu, galigata muncul lagi.

Jera! Nggak mau mabok dua kali.

Back to herbal! Kunyit plus madu. Memang reaksinya tidak secepat antihistamin, tapi tidak memberikan efek mabok, malah menimbulkan selera makan.

Entahlah!

Mungkin karena tubuh ini sangat jarang kemasukan obat medis, sekalinya konsumsi memberikan efek luar biasa.

Tuesday, January 19, 2016

Anak-Anak Mandiri

Bersyukur banget kalau melihat kondisi hari ini.

Menyaksikan anak-anak mandiri sedang beraksi. Menyiapkan segala kebutuhannya, kolaborasi 3 orang saling bantu, hanya sekali dua bertanya minta petunjuk Umi.

Kadang berfikir, apakah kalau anaknya tidak mandiri, Uminya tidak begini? Atau sebaliknya, kalau Umi tidak begini, anak-anak tidak mandiri?

Begini apa, sih?

Ini lho, setelah masuk usia 5o tahun, kondisi kesehatan Umi keliatan banget menurun. Gampang ngedrop, apalagi kalau jadwal bulanan, padahal ya sudah diupayakan mencegahnya. Ya sudahlah, dimaklumi, namanya badan sudah dipakai puluhan tahun, dijalani aja dengan tetap mensyukuri yang ada.

Memang, salah satu prinsip pendidikan yang kami terapkan adalah menjadikan anak mandiri sedini mungkin, bukan untuk mengenakkan atau segera melepas tanggung jawab sebagai orang tua, tapi menolong anak survive dalam segala kondisi. Kita, kan nggak tahu, apa yang bakal mereka hadapi esok hari?

Semoga bimbingan kemandirian dan latihan ini bermanfaat untuk kehidupan mereka nanti.

Gatal Dan Kenikmatan Dunia

Hampir semua kita pernah merasakan gatal, baik lokal maupun seluruh badan.

Penyebabnya pun beragam, ada gigitan serangga, virus, bakteri atau alergen lainnya.

Satu kesamaannya dari semua jenis gatal, yaitu timbulnya keinginan menggaruk untuk menghilangkan rasa gatal.

Bagaimana cara menggaruk akan memberikan efek pada dua hal, jumlah rasa gatal yang berkurang dan efek dari garukan itu, semisal luka atau ruam.

Menggaruk dengan telapak tangan, setara dengan mengusap-usap, tidak terlalu banyak mengurangi rasa gatal dan memberikan kepuasaan, tapi aman, tidak menimbulkan luka.

Menggaruk dengan kuku atau alat, akan memberikan efek puas lebih, tapi efek luka kemungkinannya lebih besar.

Kalau kita analogikan, seperti itulah banyaknya keinginan manusia dalam pemenuhannya.

Semakin diperturutkan segala keinginan hawa nafsu, semakin besar upaya untuk mencapai kepuasan, semakin besar resiko yang akan diterima.

Contoh kecil, saat nafsu makan diperturutkan dalam jangka waktu panjang, maka bersiaplah untuk obesitas, kolesterol tinggi dengan segala resikonya, seperti darah tinggi, jantung koroner, sdb. Belum lagi diabetes mellitus, asam urat, dan masih banyak lagi.

Bagaimana dengan nafsu-nafsu yang lain?

Dalam setiap peristiwa Allah titipkan hikmah, yang akan kita dapatkan dengan tadabur dan tafakur, sekecil apapun itu, termasuk rasa gatal yang kita rasakan.

Sunday, January 10, 2016

Chemistry atau dejavu?

"Mbak, besok Ahad ada agenda, nggak?" kemarin seorang teman menelpon.

"Jam berapa? Kalau sekitar jam 11 sampai dzuhur ada undangan."

"Setengah dua."

"Sampai saat ini belum ada."

"Tolong diagendakan, ya? Ngisi pengajian di acara arisan kompleks."

"Insyaallah."

Begitulah. Hal sangat biasa ditodong mengisi acara dadakan, entah menggantikan pembicara yang berhalangan hadir, atau karena petugas yang mencari nara sumber senangnya mepet-mepet.

***
"Perasaan melihat wajah ibu-ibu di sini kok familiar gitu, ya? Padahal baru sekali ini masuk komplek sini?"komentarku saat pulang.

"Ya, Mbak sudah dapat chemistrynya. Tadi juga keliatan santai dan komunikatif banget. Ujung-ujungnya diminta jadwal rutin, walau entah nanti pelaksanaannya."

"Dan itu sering terjadi,"gumamku.

Memang benar, itu sering terjadi.
Kadang heran, apa karena satu kota jadi sering ketemu? Tapi sepertinya beda lingkungan pergaulan, deh. Dan lagi, aku kan jarang keluar rumah?

Apa ini yang namanya dejavu?

Ups! Aneh-aneh!

Apapun, itu sebuah karunia, yang dengannya sangat membantu komunikasi dan semoga juga, terbukanya hati untuk menerima nilai-nilai yang kusampaikan. Aamiin.

Sunday, January 3, 2016

Bukan Lagi Jual Buku

Apresiasi teman-teman alumni saat reuni kemarin benar-benar sangat membahagiakan dannnnn...menginspirasi.

100 eksemplar yang baru saja diambil dari penerbit yang lokasinya di sekitar kampus, saat dihitung di rumah tinggal 40 eks. Itupun sudah ada yang pesan 30 eks. Ha ha ha tinggal 10.

Aura Publishing harus siap-siap nih.

Alhamdulillah.

Dukungan yang luar biasa dari sahabat, semakin menambah semangat untuk terus berkarya.

"Kapan-kapan kita undang ke majelis, ya? Ini harus didukung, nggak mudah lho menuliskan inspirasi jadi buku begini," begitu kira-kira komentar Mbak Ida.

"Kapan-kapan bisa, ya di undang ke Jakarta jadi keynote speaker?"pesan Laila via WA, yang berhalangan hadir.

Ya, kenapa tidak?

Selama ini mengisi acara parenting hanya modal lisan, maksimalnya makalah mini plus power pont.

Memang buku ini sudah lama ditunggu untuk jadi senjata saat mensosialisasikan konsep keluarga yang lebih dekat dengan qur'an.

Jadi intinya, bukan menjual buku hasil jerih payah berfikir dan menulis, tapi lebih pada salah satu upaya mengamalkan dan membuktikan ayat:

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? ( Terjemah QS. Al Qomar : 17)

Buku ini berisi kisah nyata perjalanan keluarga, yang semua muslim bisa menconcohnya.

Karena keluarga ini seperti keluarga pada umumnya, sederhana dan biasa-biasa saja.

Ingin anak-anaknya hafal qur'an bukan berarti orang tuanya harus hafal dulu.

Banyak anggapan-anggapan keliru yang harus diluruskan, baik itu tentang konsep hafal qur'an dan cara pencapaiannya maupun ketakutan-ketakutan yang jadi penghambat munculnya para penghafal qur'an.

Semoga upaya ini menjadi salah satu unsur penopang dalam meninggikan kalimatullah, membumikan Al Qur'an, menjadikan Al Qur'an sebagai manusia berjalan, layaknya Bunda Aisyah mengatakan bahwa akhlak Rasulullah Saw.adalah Al Qur'an.

Hayoooo, siapa yang mau ikutan?

Catatan Reuni Keluarga Besar Al Wasi'i UNILA

Hahay!

Serasa di tahun delapan puluhan, ini emak-emak sepertinya sedang lupa dengan anak, suami dan cucunya. Sama sekali tidak ada perubahan. Entah kalau bapak-bapak, sepertinya lebih-lebih deh.

Yang tertawanya keras, ya tetap keras.
Yang ramah dan grapyak, ya tambah semanak.
Yang pendiam ya tetap kalm, paling senyum seiprit.
Yang biasa tukang ngatur, ya semakin trampil, apalagi yang punya anak, banyak. Hayoo, siapa, ngakuu 😃.

Nah, kalau penampilan memang banyak berubah.
Ada yang tumbuh ke samping, tapi lebih banyak ke depan, sedang ke atas sudah berhenti total

Nggak ketahuan lagi deh, yang dulu ke kampus jalan kaki because ngirit. Yang dari jauh datang dengan pesawat atau bawa mobil sendiri, toh nggak ada yang nanya, mobil sendiri apa rental sehari 😃

Yang penting temu kangen, hilangkan rindu, tertawa gembira. Hampir tiga puluh tahun lho situasi yang sama terjadi 😃.

Yah, namanya aktivis masjid, sesantai apapun tetap saja tilawah dan tausiah jadi menu yang selalu ada.

Dulu, hampir tiga puluh tahun yang lalu, sepertinya tidak membayangkan kondisi seperti ini.

Tanya sana, sudah doktor, yang sini profesor, yang situ pengusaha, ada yang mantan wakil bupati, mantan calon gubrnur, anggota dewan, kepala sekolah, kepala dinas, staf mentri, sssst tapi masih ada yang setia jadi guru ngaji. Eh, hampir lupa, ada yang jadi tukang pijit 😃.

Minder?

Nggak, tuh?

Alhmdulillah masih diberi waktu untuk banyak istighfar dan memperbaiki diri 😊

Spontan nglirik Harish yang sedang bebas berlarian pakai jungkir balik di masjid yang sangat luas ini, tiga puluh tahun ke depan, seperti apa, ya? Jadi tokoh apa?

Terakhir?

Menikmati durian dan aneka makanan khas daerah bawaan peaerta. Serbuuuuu! Ups! Bebas selfi, mumpung ngumpul. 😃