Saturday, October 31, 2015
Sehari Bersama 3 MHA
Friday, October 23, 2015
Bagaimana Cara Menyebarkan Salam
1. Perintahnya jelas.
Abdullah bin Amru bin Ash RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagai manakah Islam yang baik itu?” Beliau menjawab; “Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak.” (Mutttafaq ‘alaih).
Abu Umarah al-Barra’ bin Azib RA berkata, “Rasulullah SAW menyuruh kami melaksanakan tujuh hal, yakni menjenguk orang yang sakit, mengantarkan jenazah, mendoakan orang yang bersin, menolong orang yang lemah, membantu orang yang teraniaya, menyebarluaskan salam, dan menepati janji.” (Muttafaq alaih).
2. Kandungan ucapan salam, tentu sangat diharapkan oleh orang yang memahami maknanya.
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarokatuh = keselamatan, kasih sayang Allah dan keberkahan semoga terlimpah kepadamu.
Siapa yang tak ingin mendapatlkan keselamatan dalam hidup, kasih sayang Allah dan keberkahan?
Mengucapkan salam merupakan bagian dari muamalah, kehidupan sosial kita.
Hanya saja, hal yang sangat baik ini diterima oleh sebagian muslim sebagai hal yang menyebalkan!
1. Haruskah setiap peserta dalam sebuah forum besar memulai bicaranya dengan mengucap salam? Kalau yang bicara sedikit mungkin nggak masalah, bagaimana kalau yang ingin bicara banyak? Apa nggak cape menjawabnya, sedang menjawab hukumnya wajib? Berapa menit waktu tersita jika ucapan-ucapan salam itu dikumpulkan?
Ups! Jangan emosi dulu, ya. Ini kenyataan lho, ada yang sempat melontarkan masalah itu.
Tidak dapat dipungkiri, ucapan salam di awal bicara kadang sebatas seremoni, kepantasan, tanpa diresapi maknanya, sehingga doa itu terasa hambar.
Ucapan salam juga bisa digunakan untuk menutupi demam panggung yang biasa muncul di awal saat kita bicara di hadapan umum.
2. Memang aneh, ketika dalam ucapan awal berisi doa kedamaian, tapi sikap selanjutnya tidak mencerminkan harapan itu. Sepertinya, saat Rasul menganjurkan kita mengucapkan salam kepada orang lain, tersirat perintah untuk bersikap yang mendatangkan dan mencerminkan keselamatan, kasih sayang dan keberkahan.
Mungkinkah ada jaminan keselamatan ketika dua orang muslim berhadapan dengan nafsu sampai puncak ubun-ubun saat membela diri dan menyatakan pendapatnya yang benar, sedang pendapat orang lain salah?
Mungkinkah ada jaminan keselamatan ketika dua orang muslim berkompetisi memperebutkan rizki di lahan yang sama tanpa ada upaya untuk bersinergi menggarap peluang itu?
Mungkinkah ada keberkahan jika seorang muslim menggenggam tangan erat-erat saat muslim yang lain menekan perut menahan lapar?
Tentu bukan itu yang Rasulullah inginkan dari ucapan salam, sekedar hiasan lisan, karena ucapan salam yang dilandaskan pada pemahaman nurani akan produktif menyuburkan keselamatan, kedamaian, kasih sayang dan keberkahan dalam kehidupan di lingkungannya.
Mari kita tingkatkan pemahaman hakikat dari syariat Allah yang begitu memuliakan manusia.
Sunday, October 18, 2015
Investasi Leher Ke Atas
Investaai Leher Ke Atas
#Masih sekitar kopdar KBM Lampung
Sebelum acara dimulai, kami menyempatkan diri sharing antar peserta yang sudah hadir. Alhamdulillah, salah satu peserta Pae Purwo, seorang dosen, penyiar radio dan motivator di bawah bendera Wening Qalbu #mohon koreksi kalau salah 😃.
Menurut beliau, suatu hal yang tak bisa dipungkiri, masyarakat kita masih agak sulit untuk investasi leher ke atas, maksudnya mengikuti kegiatan berbayar untuk meningkatkan kualitas pemikiran n pengetahuan. Beda dengan yang sifatnya bisnis. Juga masih dipengaruhi nama besar, maksudnya siapa yang menjadi nara sumber.
Salah satu alasan pemilihan nara sumber kopdar kali ini, bukan sekedar masalah kepraktisan, tapi lebih pada upaya mengapresiasi SDM lokal yang potensial. Lucunya, kadang kita punya SDM yang populer dan dinantikan orang luar sedang yang lokal tidak menyadari ada permata di depan hidungnya.
Menurut Khairul Anwar, pemuda kita masih dengan parasigma lama, kuliah, wisuda, melamar pekerjaan di perusahaan atau PNS, untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan.
"Di mana akar masalahnya," saya coba mengorek lebih lanjut.
Pae hanya menggeleng, walaupun saya nggak yakin beliau belum menemukan jawabannya. Irul pun membisu.
"Apa ini efek dari pola asuh generasi sebelumnya?" saya coba ajukan jawaban.
Pae menjentikkan jarinya, tanda sepakat.
Bukan bermaksud melimpahkan kesalahan kepada orang tua kita yang telah bersusah payah mendidik, karena pada kenyataannya masih jauh lebih banyak baiknya, tapi ini sekedar upaya mengurai permasalahan yang sedang kita hadapi.
Hah! Jadi ingat salah satu tulisan saya di www.nenysuswati.blogspot.
sekitar tahun 2013, judulnya Jadilah Generasi Pemutus.
Mungkin itu solusinya
Spontan Itu Asyik
11 Oktober banyak yang ada agenda, oke 18 Oktober, seadanya yang bisa. Niat baik jangan kelamaan ditunda.
"Nggak apa apa, Mbak, ada kuda besi ini."
Alhamdulillah.
"Kisaran 20 orang."
"Tenang aja, Mi, insyaallah ada."
"Nggak ngrepotin, ini?"
"Nggak, Mi, sederhana aja, kan?"
"Iya, ala kadarnya, sedekah, ya. Nanti Umi tawarkan peserta lain, kalau ada yang mau sedekah snack."
1. Setiap peserta membuat tulisan tentang acara itu dan diposting.
2. Setiap peserta, utamanya yang kemarin sudah mendapatkan buku Ghandaru, ikut lomba resensi buku tsb, yang diadakan oleh Aura Publishing. Resensi diposting si wall masing2 dengan ngtag Bang #Adian, Kak #Ikhsan dan Umi #Neny.
3. Membuat antologi dengan tema memotivasi diri sendiri dalam bentuk cerpen, kisah, puisi atau artikel poluler. Antologi diberi judul SERUIT KBM LAMPUNG.