Saturday, October 31, 2015

Sehari Bersama 3 MHA

*** Membayangkan homeschooling***

Dari jam 8 sampai jam 20, Umi tergeletak di tempat tidur ditemani tab, hp dan buku. Bangun hanya untuk shalat dan mengambil makanan.

Pagi

Husna : Mi, ovalet gunanya untuk apa?
Umi : Pengembang dan pelembut kue. Mau buat apa?
Husna : Pancake

Harish : Umi, Mbak Hafanya nggak mau gantian nonton TVnya.
Hafa : Harishnya itu yang nggak mau gantian, huuu!
Umi  : Kalau nonton TV bikin ribut matiin aja, main di luar.

Siang

Husna : Umi, udangnya mau dimasak apa, jangan sambel.
Umi : Masak campur oyong.
Husna : Bumbunya apa?
Umi : Bawang merah, putih, lada, garam, gula, kaaih kuah sedikit.
Harish : Harish nggak mau udang.
Umi : Mau makan sama apa Harish?
Harish : Telur dadar.
Umi : Tolong  buatin telur dadar, Hus.

Menjelang sore

Harish : Umi, Mbak Hafa nangis, gara-gara Mbak Husna.
Umi : Kenapa, Hafa?
Hafa : Mbak Husna ngeremehin,  nilai Hafa kecil.
Umi : Jaga perasaan orang lain Husna, bayangin kalau Husna digituin, kira-kira suka, nggak?
Husna : Ish! Sensi banget sih?

***

Harish : Umi, mau nonton youtube.
Umi : Nggak dulu, Harish main yang lain dulu, sudah lama nggak  buat-buat dari kardus atau gabus.
Harish : Sama siapa, Mbak Hafanya baca buku terus.
Umi : Hafa, baca bukuhya nanti lagi, ya.
Hafa : Ya sudah, yok mau main apa.
Harish : Gabus
Hafa : Mbak ambil pisau dulu.

Sore

Umi : Ayo pada mandi, mumpung belum mati lampu.
Harish : Umi, Mbak Husnanya duluan, kan Harish mau duluan hu hu hu ( halaaah, nangis...lama lagi)
Umi : Husna, kalau ngalah sedikit banyak untungnya apa ruginya? Kalau kayak gini kan Umi yang harus ndiemin, susah lagi.

***

Harish : Umi mau makan kayak tadi siang.
Umi : Pake telur dadar lagi?
Husna : Hafa yang buatin, Mbak Husna mau  buat krispi.
Hafa : Ya sudah, Mbak Hafa yang buatin, berger nasi, ya Rish?
Harish : Mau-mau-mau.

***

Harish : Mmm, kok enakan ini ya, dari yang tadi siang?
Husna : Hafa bumbuin apa?
Hafa : Garam, lada, bawang putih.
Husna : Pantesan, Mbak Husna tadi lupa kalau ada bawang putih halus di kulkas.

#Husna 13 tahun, Hafa 10 tahun, Harish hampir 6 tahun.

Friday, October 23, 2015

Bagaimana Cara Menyebarkan Salam

Menyebarkan salam bukan perkara yang perlu diperdebatkan lagi perihal kebaikannya.

1. Perintahnya jelas.

Abdullah bin Amru bin Ash RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagai manakah Islam yang baik itu?” Beliau menjawab; “Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak.” (Mutttafaq ‘alaih).

Abu Umarah al-Barra’ bin Azib RA berkata, “Rasulullah SAW menyuruh kami melaksanakan tujuh hal, yakni menjenguk orang yang sakit, mengantarkan jenazah, mendoakan orang yang bersin, menolong orang yang lemah, membantu orang yang teraniaya, menyebarluaskan salam, dan menepati janji.” (Muttafaq alaih).

2. Kandungan ucapan salam, tentu sangat diharapkan oleh orang yang memahami maknanya.

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarokatuh = keselamatan, kasih sayang Allah dan keberkahan semoga terlimpah kepadamu.

Siapa yang tak ingin mendapatlkan keselamatan dalam hidup, kasih sayang Allah dan keberkahan?

Mengucapkan salam merupakan bagian dari muamalah, kehidupan sosial kita.

Hanya saja, hal yang sangat baik ini diterima oleh sebagian muslim sebagai hal yang menyebalkan!

1. Haruskah setiap peserta dalam sebuah forum besar memulai bicaranya dengan mengucap salam? Kalau yang bicara sedikit mungkin nggak masalah, bagaimana kalau yang ingin bicara banyak? Apa nggak cape menjawabnya, sedang menjawab hukumnya wajib? Berapa menit waktu tersita jika ucapan-ucapan salam itu dikumpulkan?

Ups! Jangan emosi dulu, ya. Ini kenyataan lho, ada yang sempat melontarkan masalah itu.

Tidak dapat dipungkiri, ucapan salam di awal bicara kadang sebatas seremoni, kepantasan, tanpa diresapi maknanya, sehingga doa itu terasa hambar.
Ucapan salam juga bisa digunakan untuk menutupi demam panggung yang biasa muncul di awal saat kita bicara di hadapan umum.

2. Memang aneh, ketika dalam ucapan awal berisi doa kedamaian, tapi sikap selanjutnya tidak mencerminkan harapan itu. Sepertinya, saat Rasul menganjurkan kita mengucapkan salam kepada orang lain, tersirat perintah untuk bersikap yang mendatangkan dan mencerminkan keselamatan, kasih sayang dan keberkahan.

Mungkinkah ada jaminan keselamatan ketika dua orang muslim berhadapan dengan nafsu sampai puncak ubun-ubun saat membela diri dan menyatakan pendapatnya yang benar, sedang pendapat orang lain salah?

Mungkinkah ada jaminan keselamatan ketika dua orang muslim berkompetisi memperebutkan rizki di lahan yang sama tanpa ada upaya untuk bersinergi menggarap peluang itu?

Mungkinkah ada keberkahan jika seorang muslim menggenggam tangan erat-erat saat muslim yang lain menekan perut menahan lapar?

Tentu bukan itu yang Rasulullah inginkan dari ucapan salam, sekedar hiasan lisan, karena ucapan salam yang dilandaskan pada pemahaman nurani akan produktif menyuburkan keselamatan, kedamaian, kasih sayang dan keberkahan dalam kehidupan di lingkungannya.

Mari kita tingkatkan pemahaman hakikat dari syariat Allah yang begitu memuliakan manusia.

Sunday, October 18, 2015

Investasi Leher Ke Atas

Investaai Leher Ke Atas

#Masih sekitar kopdar KBM Lampung 

Sebelum acara dimulai, kami menyempatkan diri sharing antar peserta yang sudah hadir. Alhamdulillah, salah satu peserta Pae Purwo, seorang dosen, penyiar radio dan motivator di bawah bendera Wening Qalbu #mohon koreksi kalau salah 😃.

Menurut beliau, suatu hal yang tak bisa dipungkiri, masyarakat kita masih agak sulit untuk investasi leher ke atas, maksudnya mengikuti kegiatan berbayar untuk meningkatkan kualitas pemikiran n pengetahuan. Beda dengan yang sifatnya bisnis. Juga masih dipengaruhi nama besar, maksudnya siapa yang menjadi nara sumber.

Salah satu alasan pemilihan nara sumber kopdar kali ini, bukan sekedar masalah kepraktisan, tapi lebih pada upaya mengapresiasi SDM lokal yang potensial. Lucunya, kadang kita punya SDM yang populer dan dinantikan orang luar sedang yang lokal tidak menyadari ada permata di depan hidungnya.

Menurut Khairul Anwar, pemuda kita masih dengan parasigma lama, kuliah, wisuda, melamar pekerjaan di perusahaan atau PNS, untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan.

"Di mana akar masalahnya," saya coba mengorek lebih lanjut.

Pae hanya menggeleng, walaupun saya nggak yakin beliau belum menemukan jawabannya. Irul pun membisu.

"Apa ini efek dari pola asuh generasi sebelumnya?" saya coba ajukan jawaban.

Pae menjentikkan jarinya, tanda sepakat.

Bukan bermaksud melimpahkan kesalahan kepada orang tua kita yang telah bersusah payah mendidik, karena pada kenyataannya masih jauh lebih banyak baiknya, tapi ini sekedar upaya mengurai permasalahan yang sedang kita hadapi.

Hah! Jadi ingat salah satu tulisan saya di www.nenysuswati.blogspot.
sekitar tahun 2013, judulnya Jadilah Generasi Pemutus. 

Mungkin itu solusinya

Spontan Itu Asyik

Spontan Itu Asyik
#kopdar KBM Lampung, 18 Oktober 2015
Berawal dari kekecewaan tidak bisa kopdar saat Bunda Asma Nadia berkunjung ke Lampung 27 September 2015, saya mengajak teman-teman KBM yang utamanya hadir pada acara itu, untuk mengadakan kopdar.
Gayung bersambut, beberapa member mendukung.
Saya berfikir, bagaimana caranya acara itu terwujud tapi nggak pake ribet.
Pertama saya hubungi Islah Wardani yang merupakan teman seangkatan jadi member, yang saat itu anggotanya belum mencapai 10.000 orang. Dengan pertimbangan beliau punya bayi, rumahnya dekat masjid, beliau juga guru TPA di masjid, tambah suaminya sebagai salah satu pengurus masjid, maka saya minta kesediaannya untuk bertanggung jawab urusan tempat, masjid As Salam.
Urusan tempat oke. Berikutnya cari teman yang lincah bergerak. Salah satu member yang ikut acara seminar Bunda Asma Nadia dan termasuk yang pertama merespon rencana ini adalah Khairul Anwar.  Langsung tembak di tempat, minta kesediaannya mendata calon peserta. Alhamdulillah, gaya anak muda aktivis, siap saat dibutuhkan.
Menentukan tanggal.
11 Oktober banyak yang ada agenda, oke 18 Oktober, seadanya yang bisa. Niat baik jangan kelamaan ditunda.
Mikir lagi, mau ngapain ya kopdar? Mengingqt zaman sekarang tidak ada yang tidak sibuk, maka kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Belum tentu ada kesempatan kedua. Oke, saya sanggupi untuk mengusahakan nara sumber.
Siapa ya nara sumber potensial yang bisa dimihta dukungannya? Mengingat kegiatannini tanpa anggaran biaya, yang paling masuk akal adalah narasumber lokal dan orang dekat, setidaknya sudah kenal.
Aha! Adian Saputra! Kurang apa dia kalau dijadikan nara sumber? Wartawan senior, penulis 4 buku dan saat ini pimred jejamo.com, oke, langsung inbox.
"Maaf, nggak sopan, nggak ada transportasinya," tulisku saat chat sambil cengengesan.
"Nggak apa apa, Mbak, ada kuda besi ini."
Alhamdulillah.
Saat mengajak salah seorang teman yang pernah jadi juara menulis, dia menanyakan, apa hasil nyata dari acara ini?
Hmm. Hasil nyata, berupa sesuatu yang sifatnya fisikkah?
"Gimana kalau kita buat antologi?"
"Cocok," jawabnya.
Hmm, sepertinya harus mencari nara sumber lain untuk mewujudkan itu.
Hahay! Ikhsan Aura, tepat sekali.
Subhanallah! Bukan hanya bersedia, beliau menyanggupi membuatkan spanduk dan siap membantu urusan penerbitan karya teman-teman.
Minum, snack? Tiga jam loh? Nggak tega deh, mengundang tanpa menjamu.
"Pesertanya berapa, Mi?" tanya Islah.
"Kisaran 20 orang."
"Tenang aja, Mi, insyaallah ada."
"Nggak ngrepotin, ini?"
"Nggak, Mi, sederhana aja, kan?"
"Iya, ala kadarnya, sedekah, ya. Nanti Umi tawarkan peserta lain, kalau ada yang mau sedekah snack."
Alhamdulillah, sesuai rencana. Acara berjalan seperti yang direncanakan, ngobrol santai, sharing tapi padat berisi. Keakraban begitu mudah terjalin, walau sebagian baru pertama jumpa.
Ini membuktikan, untuk membuat sebuah acara yang bermanfaat, semua bisa disederhanakan, saat semua pihak tulus ingin memberikan yang terbaik.
Siapa panitianya? Ketuanya?
Nggak ada, acara dibuat dari kita untuk kita.
Apa endingnya? Follow upnya?
1. Setiap peserta membuat tulisan tentang acara itu dan diposting.
2. Setiap peserta, utamanya yang kemarin sudah mendapatkan buku Ghandaru, ikut lomba resensi buku tsb, yang diadakan oleh Aura Publishing. Resensi diposting si wall masing2 dengan ngtag Bang #Adian, Kak #Ikhsan dan Umi #Neny.
3. Membuat antologi dengan tema memotivasi diri sendiri dalam bentuk cerpen, kisah, puisi atau artikel poluler. Antologi diberi judul SERUIT KBM LAMPUNG.
Semoga acara ini jadi salah satu batu pijakan lahirnya penulis-penulis handal Lampung.