Monday, September 28, 2015

Hasbunallah...

Hasbunallah...

Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakkal kepada Rabbnya, percaya sepenuhnya kepada Pelindungnya dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan cobaan? ( La Tahzan- Al Qarni).

Hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki iman.

... Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Terjemah QS. Al Maidah : 23)

Musibah dijadikan untuk meningkatkan ketawakkalan orang beriman, karena bisa jadi, tanpa kesempatan itu manusia melupakan kehambaannya.

Bencana ibarat tali kekang yang ditarik kusir saat kuda pedati keluar dari jalur yang seharusnya.

Malapetaka bisa jadi palang pintu yang terantuk saat seseorang berjalan dengan mendongakkan kepalanya.

Saat orang beriman terhimpit kesulitan yang menyesakkan nafas kehidupannya, tak lain ucapannya adalah:

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imron : 173)

Kemudian melakukan ikhtiar semaksimal bisa, disertai ketundukan hati kepada Dia yang mengizinkan segala hal yang terjadi di alam ini.

Tak ada guna kepongahan dan saling menyalahkan, bersatu mencari solusi yang sudah disediakan-Nya.

Sunday, September 27, 2015

Pergiliran Itu Niscaya

Pergiliran Itu Niscaya

Tak ada manusia hidup senang selamanya atau sedih tanpa jeda.

Allah selalu mempergilirkan keadaan hamba-hamba-Nya, hanya saja tidak semua kita memahami itu. Sudut pandanglah yang membuat manusia berbeda dalam memaknai pergiliran itu.

...Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.
(Terjemah QS. Ali Imron : 140-141)

Supaya jelas mana orang beriman, mana yang kafir.

Hanya dengan diberi sakit ringan, keimanan seseorang terwujud dalam sikapnya, apalagi dengan ujian yang berat, akan semakin nyata kekuatan iman seseorang.

Saat sakit, orang beriman bisa melihatnya dari sudut pandang positif, misalnya sakit adalah kesempatan istirahat, karena saat sehat potensinya digunakan secara optimal untuk beraktifitas positif, sayang untuk beriatirahat.
Saat sakit juga kita akan melihat ekspresi kasih sayang dan perhatian orang-orang yang ada di sekitar.
Ketika sakit sangat baik melakukan evaluasi dan memikirkan banyak hal, yang tidak sempat terfikirkan di saat sehat.
Saat sakitpun jadi kesempatan banyak dzikir dan istighfar, karena dengan sakit Allah sedang meruntuhkan dosa-dosa kita.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Terjemah QS. Al Mulk : 2)

Sesungguhnya kehidupan ini rangkaian ujian, hanya yang bersiagalah yang akan mampu melampauinya dengan sukses.

Lagi Jadi Muslimah Nyebelin

Sebagai calon peserta, mungkin saya terlalu naif. Tidak mencari tahu siapa penyelenggaranya. Hanya berdasarkan informasi salah satu teman fb yang pernah bertemu, memutuskan untuk ikut dan langsung mendaftar.

Bukan apa-apa, ini acara yg memang saya tunggu, mendengar langsung ilmu dari Asma Nadia, salah seorang penulis yang hasil karyanya sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.

Pagi, segera menyelesaikan urusan rumah dan anak-anak yang akan mengikuti acara outbond. Kemudian langsung menyelesaikan satu agenda, selesai jam 08.15, langsung ke lokasi seminar.

Lokasi dipindahkan ke aula diklat RSUAM, agak susah juga mencarinya, di lokasi gedung-gedung rumah sakit, nylempit ha ha ha. Itupun ketemu setelah tanya pada petugas, kata panitia sih ada yang tugas di gerbang, tapi saya tak melihatnya karena berkendara motor sendiri, pandangan lurus ke depan.

Setelah ketemu, langsung regristasi, beres jam 8.30, sayang harus menunggu sambil berdiri karena aturan panitia, peserta masuk bersamaan, sekitar jam sembilan.

Hufft! Salah masuk nggak ya?
Biarin deh! Pesertanya kebanyakan mahasiswa, gaya acara juga anak muda, sampe jam 10.11 acara inti belum mulai.

Yah, bagi saya sih kebanyakan asesoris. Soalnya memang yang saya tunggu adalah ilmu dari Asma Nadia. Mungkin acara2 pendamping itu dibutuhkan untuk refreshing.

Jam 10. 40, pemberitahuan, pembicara kedua tidak bisa hadir.
MC duet yang lincah, cukup membantu situasi menunggu. Huuuuh! Sangat tidak enak,untunglah batere tab masih ada, walau nggak tau, tahan sampe kapan. Kok acaranya seperti thalk show di tv ya? Loh, malah bagus, kan? He he.

Sekitar jam 11, Mbak Asma masuk dan tanpa banyak basa-basi langsung memperkenalkan diri. Mengisi acara sampai jam 12.

Memperkenalkan diri dan keluarga. Subhanallah, bagaimana sang suami, Isa Alamsyah yang hampir tidak pernah tidur. Putrinya, Salsa usia SLTP sudah dapat royalti 12 juta/ 3 bulan.
Adam, kelas 5 SD minta diajari menulis karena merasa kurang kompak sebagai keluarga penulis. Gimana nggak sukses dengan kualitas ikhtiar yang seperti itu? Dan sungguh memotivasi, membayangkan enam orang anak saya yang hafidz qur'an semua, penulis semua dengan profesinya masing-masing, aamiin ( tolong aminkan, ya). Tentu akan semakin berkah hidup ini.

Mbak Asma juga berprinsip, untuk setiap bukunya:

1.  Bukan sekedar ide bagus, tapi untuk pemula disarankan, saat dapat ide langsung tulis, tapi untuk diterbitkan benar-benar harus dipikirkan, kenapa ide ini yang ditulis?

2. Berasal dari keresahan, karena dari keresahan ada yang harus dicarikan solusinya.

3. Buku sebagai kebutuhan, bukan sekedar hiburan / waktu luang.

Mbak Asma juga memotivasi peserta dengan membahas sedikit isi buku No Excuse.

Saat istirahat menemui panitia, belum memberi apresiasi positif langsung memberi masukan berdasarkan kekurangan penyelenggaraan. Untung panitianya ramah, he he, maaf ya Mbak Panitia, ini emak-emak lagi sensi dan nyebelin.

Sesi kedua mengupas sebagian isi buku 101 Dosa Penulis Pemula.
Beda sih, membaca sendiri dibanding dengan ulasan langsung dari ahlinya, tapi kalau kita sudah baca bukunya, saat pembahasan akan lebih nyambung dan menguatkan pemahaman.

Satu hal penting yang harus dipahami penulis agar konsisten, carilah motivasi yang kuat, mengapa harus menulis.

Setiap kita punya motivasi itu, tapi kalau tidak kuat, biasanya mudah down saat menemui hambatan.

Saya punya motivasi kuat dalam menulis, agar pesan baik yang  ditulis berumur lebih lama dan banyak yang menerima. Saat saya sebagai orang tua mengajarkan kebaikan pada enam orang anak, memotivasi mereka, jika disampaikan dengan lisan, ya hanya mereka yang mendengar dan pesan itu masuk dan dilaksanakan pun perlu diulng-ulang. Nah, kalau pesan-pesan itu saya tulis, semoga lebih banyak yang mendapat manfaatnya.

Ciri orang berkualitas, saat bicara hampir tidak ada kata yang sia-sia, dan itu termasuk Mbak Asma. Kalau semua hal penting itu saya tuliskan, wew! Kasihan nih jari, cape. Biarlah peserta lain yang mungkin berkenan menambahkan.

Saat Mbak Asma keluar ruangan, saya ikut keluar, menyalaminya, cipika, cipiki, tapi nggak ngomong apa-apa. Mungkin mbak Asma heran, nih nenek-nenek SKSD banget, ha ha ha, bisa jadi beliau lupa kalau buku hasil karya nenek yang satu ini pernah selfi bersamanya.

Benar-benar saya sebal dengan diri sendiri, tak mampu memanfaatkan moment penting ini untuk mendapatkan manfaat lebih  banyak. Foto bersama beliaupun, tidak. Bertanya sesuatu di forum juga tidak. Promosi apalagi. Kadang suka berfikir, ini sifat pemalu atau kurang percaya diri, ya? Nggak apa apa, deh, yang penting sudah dapat ilmunya, semoga pertemuan dengan beliau tadi juga berkah.

Thursday, September 24, 2015

Tragedi Mina Dan Hikmah Yang Bisa Diambil

Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (Terjemah QS. Al Baqarah : 269)

Dari ayat itu terselip perintah agar kita mencermati dan mencatat pelajaran dari setiap petistiwa yang kita alami atau saksikan, agar Allah memberikan hikmah-Nya sebagai karunia dan menggolongkan kita ke dalam kelompok orang-orang yang berakal.

Hikmah adalah kemampuan menangkap cahaya kebenaran dari setiap kejadian. Yang dibutuhkan adalah membuka hati dan diri untuk menerima pelajaran.

Allah selalu mentarbiyah manusia dengan berbagai kejadian, bahkan kadang, untuk hal yang tidak berhubungan, tetap saja bisa diambil hikmahnya.

Terlepas bagaimana kondisi kehidupan sebelumnya, bukan hak kita untuk menghakimi para syuhada Mina, tapi kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu.

Setiap kita adalah pemimpin, yang mempunyai peluang untuk menginjak-injak hak dan harga diri orang-orang yang ada di bawah kepemimpinan kita.

Bisa jadi, kejadian Mina adalah visualisasi dari sikap kita selama ini.

Bayangkan!

Alangkah mengerikannya!

Bayangkan, mereka adalah visualisasi harga diri anak-anak, murid, karyawan atau rakyat yang kita pimpin!

Mungkin kita sulit membayangkan bagaimana perasaan mereka, karena rasa hanya pemiliknya yang tahu. Dengan visualisasi seperti itu dan memposisikan diri sebagai pemimpin mereka, tidakkah hati ini tersentak?

Begitukah akibat dari lisan, mimik wajah dan tindakan kita yang atogan pada orang-orang yang kita pimpin?

Sekali lagi, kita hanya butuh membuka hati dan diri untuk menerima pelajaran dan hikmah.

Orang-orang yang berakal adalah hamba yang segera menyungkur sujud mohon ampun pada Allah, saat menyadari kekhilafan yang telah dilakukannya. Kemudian bersegera memperbaiki diri.

Qurban Dan Kesejahteraan

Qurban adalah risalah Allah dari awal kehidupan manusia.

Ingat kisah Habil dan Qabil putra nabi Adam?

Cerita ini kita dengar saat masih kanak-kanak, belum bisq membaca sendiri. Cerita turun temurun darj guru di sekolah atau guru ngajj si surau. Kisah pembunuhan pertama yang disebabkan iri dengki.
Setelah bisa membaca, kita mendapatkan kisah itu dari buku-buku cerita, bahkan dari Al Qur'an.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Alla hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Terjemah QS. Al Maidah : 27)
Lalu, kita pun mendengar kisah tentang qurban nabi Ibrahim dan nabi Ismail

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Terjemah QS. Ash-Shaffat : 107)
Bagaimana qurban dalam risalah Rasulullah Saw?

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (Terjemsh QS. Al Kautsar : 1-2)

Dengan kondisi ekonomi bangsa yang sekarang ini, ada beberapa pemikiran dari sudut pandang ekonomi dan sosial, dana untuk qurban bisa dialokasikan ke hal lain, membangun ekonomi masyarakat. Lebih bermanfaat kalau hewan qurban disedekahkan dalam kondisi hidup, bisa untuk modal usaha, dll, yang intinya adalah upaya mengubah syariat.

Entahlah, apa maksud sebenarnya, hanya menurut saya, segala sesuatu ada tempatnya.
Allah Maha Tahu kondisi semua makhluknya, dan menurunkan syariat sesuai kebutuhan dan kebaikan makhluknya, jika manusia melaksanakannya.

Qurban mungkin lebih tepat kalau kita lihat dari sudut ketaatan seorang hamba, walaupun bersamanya ada tujuan sosialnya juga, yaitu berbagi.

Sedangkan untuk kesejahteraan sosial, Allah telah sediakan syariat zakat, infaq dan shodaqoh, yang bila dilaksanakan dengan baik, akan meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat.
Jika melihat kesenjangan antara tujuan dan hikmah syariat dengan kenyataan yang tidak sesuai, sebaiknya kita evaluasi dulu bagaimana pelaksanaannya, bukannya buru-buru ingin mengubah atau mereaktualisasi syariah, seolah Allah tidak tahu perubahan zaman.

Tragedi Mina *Lagi

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un.

Tragedi lagi saat musim haji tahun ini, dengan korban meninggal lebih banyak dari tragedi jatuhnya crane beberapa hari yang lalu.

Benar! Tak akan terjadi sesuatu tanpa izin Allah, tapi dari setiap kejadian, Allah perintahkan kita untuk mengambil pelajaran.

Dari setiap kita mungkin mengambil pelajaran yang berbeda, tapi adakah masukan yang bisa kita berikan untuk mencegah terulangnya tragedi itu?

Beberapa kali terjadi musibah di Mina, yang penyebabnya adalah desak-desakan manusia yang begitu padat. Namanya manusia dari berbagai sudut dunia dengan tingkat kedisiplinan yang berbeda, tentu sangat tidak mudah untuk mengaturnya.
Untuk mengatasi masalah ini, ada dua alternatif solusi, mengurangi jumlah atau membuat peraturan yang bisa dilaksanakan oleh petugas dalam mendisiplinkan jamaah.

Untuk mengurangi jumlah, tentu sangat riskan, karena sangat terkait dengan kepentingan berbagai pihak, baik calon haji atau pihak yang mendapat keuntungan dari terselenggaranya ibadah haji.

Kalau semua muslim mencukupkan diri sekali saja seumur hidup melakukan ibadah haji, sebagai sebuah kewajiban, tentu ini bisa mengurangi jumlah jamaah haji. Sssst! Maaf, untuk yang mampu dan merasa rindu melakukannya berulang-ulang, anda bisa melakukannya di saat umroh yang waktunya tidak terkait dengan bulan tertentu.

Atau ada usulan lain?

Tapi nggak usah ikut-ikutan ingin menggeser waktu ibadah haji, atau ingin menghapuskannya, ya? Itu bukan wewenang manusia.

Sunday, September 20, 2015

Nasib Tulisan Di Media

Pernah terfikir tulisan kita yang dimuat media akan bernasib seperti ini?


Sebagai bungkus cabe?

Hari gini masih ada bungkus seperti itu?

Ha ha ha, jangan heran. Warung-warung dan mbak sayur masih menggunakan kertas, utamanya koran untuk membungkus cabe, bawang, jahe dan teman-temannya.

Dari tahun 80an hal ini sudah dapat ditemui, bahkan ada kenangan tersendiri tentang hal ini.

Saya suka membaca saat sudah bisa membaca, sayang saat itu tidak mudah memenuhi kesukaan itu, terkendala banyak hal untuk mendapatkan bahan bacaan. Kadang bacaan bapak, yang seorang guru, lahap saya baca saat ada kesempatan. Tak ada klasifikasi, mana bacaan anak, remaja atau dewasa, kalau ketemu kertas ada bacaannya langsung dilalap. (Bukan kertasnya, lho ya 󾌰). Juga saat bertugas menyapu halaman, ketemu kertas, jongkok dulu, membacanya, lalu lanjut nyapu.

Kalau ibu bongkaran belanjaan sepulang dari warung, maka kertas bungkusnya saya baca dulu sebelum diremas lalu dimasukkan api ditungku.

Bagaimana kalau di kertas itu ternyata tulisan kita sendiri?

Sebagai tulisan, tentu nasibnya mengikuti kertasnya, tapi secara ide, jangan khawatir, bahkan lewat tulisan di bungkus cabe pun sesrorang bisa mendapatkan inspirasi dan motivasi, selama isi tulisan itu baik. Begitu sebaliknya, ide buruk yang dituliskan, bisa berpengaruh negatif bagi pembacanya.

Bagaimana dengan tulisan kita yang bersliweran di beranda fb, yang tentu saja pemilik beranda sengaja membukanya?

Saturday, September 19, 2015

Persiapan Qurban

1. Bagi yang berqurban.

a. Meluruskan niat, semata-mata karena ketaatan pada Allah dan tanda syukur atas karunia Allah. Seperti yang disebutkan di QS. Al Kautsar.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.

b. Memenuhi rukun, syarat dan sunnah berqurban.

c. Menjaga niat dan keikhlasan dalam merespon hal-hal yg terkait dengan penyelenggaraan qurban.

2. Bagi yang belum berqurban.

a. Perbanyak istighfar jika termasuk yang lalai berqurban, mampu membeli barang-barang yang kurang urgen, tapi tidak sempat berqurban.

b. Bersabar jika belum mampu, yakinlah, Allah telah memberi karunia yang banyak dalam bentuk lain : kesehatan, ketentraman hidup, keluarga yg tenang, teman yg baik, tetangga yg tidak menggannggu. Yang itu semua harus kita syukuri dan optimalkan dalam ketaatan kepadanya.

c. Berhati-hati komentar tentang penyelenggaraan  qurban, misalnya :
- panitia yg kerjanya kurang memuaskan
- pembagian yg dinilai tidak adil, menurut ukuran pengamat.
- ada yang kecewa karena  tidak mendapat perlakuan khusus dari yang berkurban.

Wednesday, September 16, 2015

Tadabbur QS. Al Fatihah Ayat 5


Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (Terjemah QS. Al Fatihah : 5)

Ayat ini kita baca minimal 17 x setiap hari.

Seberapa besarkah peningkatan ketundukan dan ketergantungan serta kebersandaran kita pada Allah? Bagaimanakah indikasinya?

Menyembah adalah tingkat ketundukan yang paling tunduk. Saat kehendak Allah sampai kepada kita, perhatikan bagaimana kualitas penerimaan kita pada kehendak itu, terlepas dari kemampuan dan kemampuan melakukannya.

Kehendak itu bisa berupa perintah, larangan atau ketentuan yang berlaku terhadap diri kita.

Idealnya tingkat ketundukan semakin bertambah seiring bertambahnya usia dan semakin banyaknya ulangan bacaan Al Fatihah kita. Awalnya pada ketundukan hati yang bisa kita rasakan, dan itu akan terwujud dan tercermin dalam sikap keseharian kita. Benar, hal ini bukan hal yang pasti mapan, seiring dengan naik turunnya kondisi keimanan.

Bagaimana halnya dengan meminta pertolongan? 

Minta pertolongan, menyampaikan keinginan, menggantungkan harapan, hanya bersandar kepada-Nya.

Kita tidak dilarang minta tolong dan saling tolong menolong sesama manusia, bahkan itu diperintahkan, tapi salah jika meminta tolong kepada manusia disertai menggantungkan harapan, hampir pasti akan kecewa!

Kenapa?

Karena kemampuan manusia tidak jauh berbeda, wajar kalau tidak semua manusia bisa memenuhi harapan yang digantungkan kepadanya.

Ketika berharap, maka berharaplah pada yang pasti punya kemampuan menyempurnakan harapan itu. 

Ketika bersandar, maka bersandarlah kepada Yang Maha Kuat, maka kita tidak akan kecewa, walau tidak semua harapan itu segera terwujud, tapi kita masih bisa memperpanjang harapan itu.

Thursday, September 10, 2015

Musibah Dan Masa Lalu

Setiap kita pasti pernah mengalami musibah, baik besar maupun kecil.

Ada beberapa anggapan tentang musibah yang menimpa seseorang.

Bisa jadi sebagai cobaan atau azab.

Sebagai apakah suatu musibah yang menimpa kita?

Tepatnya, Hanya Allah yang tahu, maksud dan tujuan dari musibah yang diberikan-Nya.

Kita dituntun untuk berucap innalillahi wa inna ilaihi roojiuun, atas berita musibah yang sampai.

Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali.

Tetapi kadang kala, kita refleks mengucap istighfar, kenapa?

Mungkin nurani kita takut, musibah ini sebagai azab dari kelakuan kita di masa lalu, karena hari ini tak akan terlepas begitu saja dari masa lalu.

Apa yang kita rasakan hari ini, ada kaitannya dengan perjalanan masa lalu.

Rasanya, menganggap musibah yang menimpa diri sebagai azab, itu lebih berefek positif. Dengan begitu kita berusaha untuk bertaubat, minimal istighfar sebanyak-banyaknya, walau kita tidak tahu musibah ini sebagai hukuman bagi perbuatan kita yang mana.

Selain itu kita juga akan lebih berhati-hati untuk tidak melakukan hal-hal yang sekiranya akan mendatangkan hukuman, entah itu berupa musibah di dunia atau di akhirat.

Bagaimana dengan musibah yang menimpa orang lain?

Anggaplah itu sebagai ujian baginya, agar kita terhindar dari suudzon dan menduga-duga. Bisa jadi akan mencari kesalahan-kesalahannya dan berujung merendahkan.