Thursday, July 30, 2015

Dinding fb

Apa yang anda pikirkan?

Pertanyaan simpatik di dinding saat kita membuka fb.

Dan kebanyakan kita memang menuliskan apa yang sedang dipikirkan.

Itu sebabnya banyak kita temukan berbagai pemikiran dari teman-teman kita di dindng fb. Dari situ juga kita bisa mengenali mereka dengan lebih baik, walau ada sebagian mengatakan, di fb banyak kepalsuan. Tapi, siapa yang kuat bertahan dengan kepalsuan dalam waktu lama?

Di dinding banyak kita temui keluhan, opini, kecomelan, kemarahan, kedengkian, kebencian, kecemburuan, ghibah bahkan fitnah.

Tapi di dinding fb juga banyak kita temui motivasi, inspirasi, dakwah bahkan doa.

Lewat dinding fb kita bisa perang opini bahkan mendapatkan musuh, walau tidak disengaja.

Di sana juga kita bisa menjalin persahabatan, persaudaraan dan saling mengingatkan dalam kebaikan.

Dari sana juga kita bisa tersandung hukum atau justru terbuka pintu rizki.

Jadi? Apa yang anda pikirkan?

Pikirkan bagaimana dinding fb bisa mendatangkan dan menebarkan manfaat sebanyak-banyaknya. ☺☺

Monday, July 27, 2015

Poligami = Sebuah Solusi?

Tidak sengaja, saat beresan berkas, menemukan sebuah naskah yang pernah di muat di media.

Untuk membandingkan kualitas tulisan tiga belas tahun lalu dengan sekarang, sepertinya tidak ada salahnya ditayangkan ulang.

Berhubung tidak menyimpan soft copynya, terpaksa mengetik ulang.

Ini dia!

***

Poligami = Sebuah Solusi

Tulisan ini saya buat untuk menanggapi tulisan adik Yonalita Vevia  (selanjutnya saya sebut YV ) yang dimuat dalam Lampost Minggu 28 April 2002 rubrik GENDER.

Ditilik dari namanya, adik YV adalah seorang perempuan, seperti saya; walaupun nama tersebut tidak seperti nama saya tapi mencerminkan nama seorang muslimah pada umumnya (yang biasanya diambil dari bahasa arab), juga seperti nama saya.

Adik YV mengawali tulisannya dengan sebuah pernyataan bahwa Islam adalah agama yang universal, yang di dalamnya mengatur segala aspek kehidupan manusia (semoga itu sebuah pengakuan yang tulus), tetapi dalam isi dan akhir tulisan tersebut saya menemukan beberapa buah pikiran yang mengusik saya, sebagai muslimah untuk menanggapinya.


Beberapa hal yang akan saya tanggapi adalah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1 .  Dan biar bagaimanapun poligami yang terjadi saat ini pada hakekatnya merupakan penghinaan      terhadap perempuan, sebab mana ada perempuan yang rela dan bersedia dimadu, sebagaimana halnya laki-laki mana ada yang rela dan bersedia dimadu, walaupun memang tidak mustahil ada perempuan yang rela dan bersedia menerima poligami, tapi karelaan atau kesediaan dari satu atau sejumlah perempuan tidak boleh dijadikan acuan menggeneralisasi apalagi memaksakan seluruh perempuan dapat menerima hal yang sama.                                                                                                                                    
Dari cuplikan kalimat di atas saya menangkap bahwa adik YV:                                                            

   -      menggeneralisir bahwa poligami yang ada saat ini merupakan penghinaan terhadap perempuan.                                             
  -      menggeneralisir bahwa semua perempuan tidak rela dimadu.                                                                                                            
  -      menuntut perempuan sama persis dengan laki-laki
                                                                                                                      
 -      khawatir dengan adanya beberapa perempuan yang rela dan bersedia dimadu, semua  perempuan dipaksa untuk menerima hal yang sama.  

2.  Kerelaan yang jarang dan langka terjadi itu muncul apabila perempuan memandang atau menempatkan dirinya sebagai harta atau obyek yang dimiliki suami, bukan melihat dirinya sebagai subyek atau individu yang merdeka, yang memiliki seperangkat hak. Dengan demikian penerimaan poligami oleh perempuan bergantung pada seperti apa dia memandang dirinya, sebagai subyek (mungkin yang dimaksud adalah obyek (pen) atau individu yang memliki hak sebagaimana layaknya seorang manusia.                                                                                                                                                                   
Dan kalimat di atas dapat dimaknai bahwa adik YV menuduh perempuan yang menerima poligami berarti merendahkan dirinya, menempatkan dirinya sebagai obyek, bukan sebagai subyek atau individu atau sebagai manusia merdeka bahkan bukan sebagai manusia (layaknya).

3.  Dengan kata lain, poligami hanyalah sebuah pintu darurat kecil yang dipersiapkan untuk situasi dan kondisi darurat. Itupun disertai syarat besar, keharusan berlaku adil, yang rasanya hanya bisa dipenuhi segelincir orang.                                                                                                        

-   Adik YV beranggapan bahwa polgami boleh dilakukan dengan sangat terpaksa, untuk kondisi  yang sangat darurat.

-   Yang bisa memenuhi syarat poligami hanya Nabi Muhammad Saw. seorang, laki-laki lain tidak akan sanggup.

4. Dan satu hal yang menjadi peringatan bagi kita, perkembangan sejarah manusia mengikuti pola pandangan masyarakat terhadap kaum perempuan. Ketika masyarakat memandang derajat perempuan hina, poligami menjadi subur, sebaliknya pada masyarakat yang memandang derajat perempuan terhormat, poligami menjadi berkurang.

- Adik YV menutup tulisannya dengan kesimpulan bahwa poligami adalah penghinaan terhadap perempuan.


Tulisan berikut merupakan sebuah upaya untuk memandang poligami dari sudut keotentikan ajaran Islam (insyaallah), bukan dari sudut pandang perasaan seorang perempuan.

Ketika kita bicara tentang aturan hidup yang diundang-undangkan oleh Sang Pencipta untuk kebaikan hidup seluruh manusia (ciptaan-Nya), maka yang adil adalah, kita berusaha memahaminya dari sudut ke-Maha Kasih Sayang-Nya Sang Pencipta kepada seluruh manusia, bukan dari kepentingan/keegoisan seorang/sekelompok manusia.

“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak..."(Terjemah QS An Nisa : 1 )
Dalam Islam, perkawinan merupakan suatu lembaga yang suci, yang mana lembaga tersebut merupakan salah satu sarana ibadah kepada Allah. Perkawinan bukan sekedar sarana untuk menunaikan naluri seksual manusia, bukan pula sekedar sarana menjaga keberlangsungan keturunan, bukan sekedar keteraturan sosial di masyarakat, walaupun itu semua tercakup dalam tujuan disyariatkannya perkawinan.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikannya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Terjemah QS Ar Rum : 21)
Manusia diciptakan dari bahan yang sama dan mempunyai tugas hidup umum yang sama ( yaitu beribadah kepada Allah) tetapi memiliki tugas hidup khusus/teknis/fungsi yang berbeda, sesuai dengan jenis kelaminnya.

Kalau laki-laki dan perempuan mengemban fungsi yang persis sama, mengapa pula Allah menciptakannya dalam bentuk berbeda?

Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling menolong, saling mengisi, bersama-sama menciptakan dan menikmati ketentraman dan kasih sayang yang bersemi di antara mereka. Dan kalau kita mau jujur, tidak salah bila kita menangkap makna ayat di atas, bahwa Allah menciptakan beberapa perempuan (istri-istri) untuk seorang laki-laki.

“...maka kawinilh wanita-wanita yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka kawinilah seorang saja...”(Terjemah QS An Nisa : 13)
Mengapa laki-laki diizinkan mengawini lebih dari satu perempuan, sedangkan perempuan tidak?

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain...” (Terjemah QS. An Nisa : 34)
Apakah semua laki-laki diperkenankan mengawini lebih dari satu perempuan?

Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa laki-laki yang memenuhi syarat untuk itu adalah laki-laki yang dapat menjadi pemimpin yang adil.

Poligami diperuntukkan bagi laki-laki yang taat kepada Allah sehingga dia dapat mempertanggung-jawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah. Dia tidak menyebabkan poligami menjadi fitnah dan masalah di bumi ini.

Perempuan-perempuan yang menjadi istri pertama, kedua, ketiga dan keempat, juga seharusnya adalah perempuan-perempuan yang taat kepada Allah, sehingga dia bisa menjalani kehidupannya dengan tentram dan penuh kasih sayang Dia tidak mempermasalahkan nomor urutnya, dia hanya berusaha maksimal memerankan fungsinya sebagai istri, karena nomor urut tidak membedakan fungsinya sebagai istri. Semua istri mempunyai tugas yang sama, yaitu mewujudkan ketentraman dan kasih sayang dalam keluarga.

Bagaimana dengan kondisi saat ini? Apakah poligami masih relevan dilaksanakan?

Jika jumlah laki-laki sama dengan jumlah perempuan atau jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan, maka persoalan poligami akan lenyap dengan sendirinya. Tetapi pada kenyataannya tidak demikian, justru jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. Menghadapi kenyataan tersebut, kita dihadapkan pada beberapa pilihan:

1.     Membiarkan laki-laki memelihara perempuan-perempuan lain selain istri tunggalnya dan ini berarti mengakui dan menyuburkan perzinahan.

2.    Membiarkan sebagian perempuan hidup di dunia tanpa suami sampai mati, hidup dengan tekanan karena naluri keperempuanannya tidak tersalurkan, yaitu naluri kasih sayang kepada suami, naluri seksual, naluri berketurunan dan naluri keibuan serta naluri-naluri yang lain yang masih sangat banyak.

3.    Memperbolehkan poligami.
Saya kira tidak ada perempuan terhormat yang memilih menjadi perempuan simpanan atau teman selingkuh yang hidupnya bergelimang dosa dan dikejar rasa kegalauan karena status yang tidak jelas. Juga mungkin jarang ditemui perempuan-perempuan yang mampu menjalani hidup normal, bahagia dan tetap terhormat tanpa suami di sisinya.

Bagaimana agar poligami dapat menjadi sebuah solusi?

1.      Setiap kita hendaknya memahami konsep poligami sesuai dengan sumber aslinya, tanpa mengotorinya dengan pemikiran-pemikiran sekuler atau apapun namanya, sehingga kesuciannya sebagai risalah ilahi terjaga, tanpa dicampuri hawa nafsu rendah laki-laki maupun perasaan cemburu perempuan yang berlebihan.

2.      Hendaknya laki-laki yang akan berpoligami benar-benar yakin dengan kemampuannya dalam memimpin istri-istrinya, mampu berbuat adil minimal dalam hal yang bersifat lahiriah (catatan kaki terjemah QS. An Nisa :3 terbitan Depag RI) dan mempunyai kemampuan harta untuk menghidupi istri-istri dan anak-anaknya sampai Allah menjemput ajalnya.

3.     Hendaknya laki-laki yang akan berpoligami memberikan pemahaman kepada istri-istrinya, baik istri pertama, kedua atau yang ketiga, sehingga penerimaannya dengan hati yang ikhlas.

4.      Hendaknya istri pertama berusaha memahami alasan suami dan dapat menerima kehadiran madunya dengan persahabatan.

5.      Hendaknya istri yang baru tahu diri sebagai pendatang, menghormati istri terdahulu, jangan mencoba mengusik posisinya dan mengacaukan rumah tangganya. Hendaknya dia takut kepada Allah sehingga tidak menjadi sumber fitnah.

Kalau poligami dilaksanakan dengan keimanan, keikhlasan dan etika yang baik, insyaallah poligami tidak akan bermasalah, justru akan menjadi sebuah solusi bagi permasalahan sosial saat ini.

Satu hal yang mungkin kita lalai, ketika terjadi ketidak-sesuaian antara hukum Allah sebagai pencipta dan kemauan manusia sebagai ciptaan-Nya, manusia terlalu sombong untuk mengakui ketidak-mampuannya dalam memahami hukum Allah tersebut, bahkan sering terjadi manusia dengan kelebihan akalnya mempertanyakan bahkan menggugat hukum Allah tersebut dengan dalih reaktualisasi atau relevansi atau apapun istilahnya, yang pada intinya adalah, manusia tersebut sedang mencoba menggantikan posisi Allah dengan hawa nafsunya sebagai tuhan-tuhan baru di permukaan bumi ini.

Padahal, walau seluruh manusia di jagad raya bersepakat mengubah hukum Allah, tetapi toh pada perhitungan akhir nanti, parameter yang digunakan tetap saja hukum Allah.

Jadi, manusia yang cerdas adalah yang dapat memposisikan dirinya sebagai hamba Allah yang taat, karena dia yakin bahwa seluruh alam ini nantinya akan kembali kepada Allah.

Wallahu’alam bishshowab.

Penulis : Dra. Neny Suswati

Direktur wilayah Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Keluarga Sakinah LPPKS-BKPRMI Lampung

***
Pihak media berhak memotong naskah jika dipandang kurang efektif n efisien.

Saturday, July 25, 2015

Menyiapkan Keturunan Yang Kuat

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Terjemah QS. An Nisa : 9)
Sayyid Qutb dlm tafsir Fi-Zhilalil Qur'an:
...dengan menggambarkan anak keturunan mereka yg lemah tak berdaya tanpa ada yg mengasihi dan melindungi mereka. Agar gambaran ini menarik simpati mereka terhadap anak2 yatim yang nasibnya diserahkan kepada mereka. Sebab mereka tidak tahu bila anak mereka nanti diserahkan kepada orang yg hidup setelah mereka. Di samping itu, mereka juga diwadiati agar bertaqws kpd Allah dlm mengasuh anak2 yang diserahkan Allah kepada mereka, mudah2an Allah berkenan menyiapkan orang yg akan mengurus anak2 mereka dg rasa taqwa, takut berdosa dan kasqaih sayang...
Tafsir Ibmu Katsir:
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,"Ayat ini berkaitan dg seseorang yg menjelang ajal. Ada orang lain yang mendengar orang itu menyampaikan wasiat yang menyengsarakan ahli warisnya, maka Allah Ta'ala menyuruh orang yang mendengar wasiat itu agar bertaqwa kepada Allah, meluruskan dan membenarkan orang yang berwasiat serta agar memperhatikan ahli warisnya yang tentunya dia ingin berbuat baik kepada mereka dan khawatir jika dia membuat mereka terlantar."
Nah, itu dari dua tafsir, entahlah kalau dari tafsir yang lain ☺.
Di sini, kita bisa menarik pelajaran yang berkaitan dengan meninggalkan anak keturunan yang lemah:
1. Anjuran memperlakukan anak-anak yatim dengan baik, berdasarkan taqwa dan kasih sayang, dengan harapan, nanti, anak2nyapun akan diperlakukan dengan baik oleh orang2 swpeninggalnya.
2. Anjuran untuk tidak berwasiat berkenaan dengan harta waris yg akan menimbulkan kesengsaraan bagi anak2nya.
Kalau boleh menambahkan, untuk menyiapkan anak keturunan yang kuat, sebagai orang tua sebaiknya tidak sekedar menyiapkan harta waris yang akan cepat habis jika tidak dikelola dengan baik. Warisan yang sangat dibutuhkan mereka adalah pendidikan yang baik sehingga mereka memiliki keimanan dan lifeskill yang dapat menopang kehidupannya, seperti apapun kondisinya. Upaya itu masih wajar dan dalam wilayah kemanusiaan.

Thursday, July 16, 2015

Tanam Padi atau Rumput?

Sebenarnya substansi dari iedul fitri, apa sih?

Kalau kata Upin-Ipin,"Tak puase, tak rayeee."

Untuk anak-anak, jawaban itu tepat, untuk yang sudah dewasa, tinggal memperdalam sedikit maknanya.

Seharusnya, iedul fitri adalah perayaan untuk orang2 yang kembali bersih karena mendapat ampunan Allah tersebab melaksanakan amalan-amalan di bulan Ramadhan dengan kualitas prima. Jadi ucapat selamat ieful fitri layak diterima. 

Semoga kita termasuk di dalamnya.

Bagaimana dengan legit, dodol, cake, kue salju, nastar, ketupat, opor ayam, rendang, minuman bersoda, uang recehan baru, baju n sandal baru, hp baru, mudik, dll?

Semua itu hanya asesoris, yang tanpanya pun tidak menyebabkan kita berdosa.

Semua kembali pada diri, mau mengutamakan yang substansi atau asesoris, atau keduanya?

Kalau kita mau mengumakan substansinya, maka maksimalkan pencapaian ibadah ramadhan kita.

Mudik? Boleh, kalau tidak memberatkan dan kembalikan juga pada substansi mudik yaitu silaturahim yang tidak harus di iedul fitri.

Baju n sandal baru? Boleh, kalau memang uangnya ada untuk menyelenggarakannya, yang jelas keduanya memang kebutuhan yang harus dipenuhi walau tidak hari raya. Yang jelas, biaya pendidikan lebih prioritas dari baju n sandal baru, kalau yang lama masih mencukupi dan layak dipakai.

Ketupat, rendang n opor ayam? Biasanya dibuat karena harus menyediakan makanan yang awet, karena di hari raya jarang orang jualan bahan pangan basah. Tapi, sekarang kan zaman magic com? Nggak terlalu sulit memasaknya walau sedang sibuk? Kalau kepingin sih, di luar hari raya setiap hari banyak orang jual ketupat sayur.

Kue-kue? Secukupnya untuk memuliakan tamu.

Romantisme dan  nostalgia.

Ya, semua hal di atas tak lepas dari urusan romantisme dan nostalgia yang kebanyakan manusia menyukainya.

Wednesday, July 15, 2015

Substansi atau Romantisme?

Sebenarnya substansi dari iedul fitri, apa sih?

Kalau kata Upin-Ipin,"Tak puase, tak rayeee."

Untuk anak-anak, jawaban itu tepat, untuk yang sudah dewasa, tinggal memperdalam sedikit maknanya.

Seharusnya, iedul fitri adalah perayaan untuk orang2 yang kembali bersih karena mendapat ampunan Allah tersebab melaksanakan amalan-amalan di bulan Ramadhan dengan kualitas prima. Jadi ucapat selamat ieful fitri layak diterima. 

Semoga kita termasuk di dalamnya.

Bagaimana dengan legit, dodol, cake, kue salju, nastar, ketupat, opor ayam, rendang, minuman bersoda, uang recehan baru, baju n sandal baru, hp baru, mudik, dll?

Semua itu hanya asesoris, yang tanpanya pun tidak menyebabkan kita berdosa.

Semua kembali pada diri, mau mengutamakan yang substansi atau asesoris, atau keduanya?

Kalau kita mau mengumakan substansinya, maka maksimalkan pencapaian ibadah ramadhan kita.

Mudik? Boleh, kalau tidak memberatkan dan kembalikan juga pada substansi mudik yaitu silaturahim yang tidak harus di iedul fitri.

Baju n sandal baru? Boleh, kalau memang uangnya ada untuk menyelenggarakannya, yang jelas keduanya memang kebutuhan yang harus dipenuhi walau tidak hari raya. Yang jelas, biaya pendidikan lebih prioritas dari baju n sandal baru, kalau yang lama masih mencukupi dan layak dipakai.

Ketupat, rendang n opor ayam? Biasanya dibuat karena harus menyediakan makanan yang awet, karena di hari raya jarang orang jualan bahan pangan basah. Tapi, sekarang kan zaman magic com? Nggak terlalu sulit memasaknya walau sedang sibuk? Kalau kepingin sih, di luar hari raya setiap hari banyak orang jual ketupat sayur.

Kue-kue? Secukupnya untuk memuliakan tamu.

Romantisme dan  nostalgia.

Ya, semua hal di atas tak lepas dari urusan romantisme dan nostalgia yang kebanyakan manusia menyukainya.

Selamat Berpisah Ramadhan

Ujung Ramadhan semakin meruncing.

Malam-malam syahdu telah berakhir.

Seperti apa kualitas diri kita yang sebenarnya mulai akan terlihat.

Apakah bangun malamnya kita karena rindu munajat atau karena makan sahur?

Mulai besok akan terlihat.

Apakah tilawah kita karena kenikmatan berinteraksi dengan Al Qur'an atau semata mengejar targetan perlipatan pahala?

Mulai besok akan terbukti.

Apakah kesabaran dan kedermawanan kita hanya akan menjadi sejarah setiap Ramadhan ataukah sudah menjadi akhlak diri?

Mulai besok akan terjadi.

Kalau Ramadhan kita sebut sebagai bulan latihan, maka besok kita akan melihat hasilnya.

Tak inginkah kita mengabadikan salah satunya sebagai hiasan hari-hari ke depan sampai berjumpa lagi dengan Ramadhan, insyaallah?

Antara Taqlid dan Meneladani

Pada masa-masa awal kehidupannya, sangat wajar apabila manusia meniru apa yang dilihat dan didengar, karena pertumbuhan daya nalarnya belum sempurna.

Kemampuan memilih dengan benar akan muncul seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pandangan yang benar terhadap kehidupan serta misi dalam hidupnya.

Taklid dikatakan sebagai meniru perbuatan pihak lain, yang biasanya memiliki posisi lebih kuat, didorong oleh keinginan untuk menampakkan bahwa dirinya sudah besar/kuat seperti yang ditiru.
Seperti seorang anak kecil meniru tingkah kakaknya yang lebih besar. Atau sebuah generasi yang meniru budaya nenek moyang secara membabi buta. Bisa juga terjadi pada sebuah bangsa yang tertindas meniru bangsa yang menjajahnya.

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?(Teejemah QS. Al-'Araf :28)

Lalu, apa beda taklid dengan meneladani?

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Terjemah QS. Al -Ahzab : 21)

Pembedanya adalah :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Terjemah QS. Al-Isro' : 36)

Jelas?

Ya, pendengaran, penglihatan, hati/akal.

Dan akibatnya?

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(Terjemah QS. Al'Araf: 179)

Sumber : Fiqh Dakwah (by. Syaikh Musthafa Masyhur)

Tuesday, July 14, 2015

Penulis, Kemunafikan dan Aura

Mungkin kita pernah menemukan seorang penulis yang dalam karyanya selalu membicarakan hal-hal kebaikan.

Muncul tanya, apakah dalam kehidupannya penulis itu selalu baik-baik seperti setiap tulisannya?

Logikanya, tak ada manusia sempurna, pun kehidupannya.

Lalu, apakah dengan begitu bisa dikatakan bahwa penulis itu munafik? Dengan asumsi, munafik adalah isi beda dengan kulit, yang terlihat bukan yang sebenarnya?

Jujur, saya kurang sepakat.

Istilah munafik tidaklah begitu sederhana, ini terkait dengan istilah yang Allah gunakan dalam firman-firmannya, salah satunya dikatakan bahwa tempat orang-orang munafik adalah di dasar neraka, tempat paling mengerikan bagi orang-orang durhaka.

Satu lagi pertanyaan, apakah penulis berkewajiban menuliskan semua hal apa adanya?
Mungkin ya untuk penulis yang berprofesi sebagai wartawan berita, tapi tidak harus selalu begitu untuk para penulis lain.

Hebatnya penulis, seakan dia punya wewenang membuat dunia dalam tulisan-tulisannya.

Bagaimana dengan judul di atas?

Ya, dalam setiap karyanya, penulis menentukan pesan yang akan disampaikan dan berharap pesan itu sampai pada pembaca.

Ketika seorang penulis ingin memancarkan aura positif dalam setiap karyanya, maka dia akan memilih sudut pandang yang tepat dari tema yang dipilihnya.

Jadi, bukan masalah penulis jujur atau tidak, tapi bagaimana kekuatan kepenulisannya digunakan untuk memancarkan aura positif bagi para pembacanya.

Sekelam dan seburuk apapun sebuah peristiwa atau sisi dari kehidupannya, seorang penulis tetap akan memilih aura positip dalam menyampaikannya.

Yang Dibutuhkan Orang Tua

Nggak, nak. Umi nggak sakit berat, hanya flu dan demam biasa, hanya saja karena bersamaan dengan migren bulanan, jadi terlihat parah, sampe nggak bisa bangun. Alhamdulillah, cukup istirahat tiga hari, sekarang sudah agak baikan.

Tapi Umi sangat haru dan bahagia, bagaimana dengan sakit yang hanya seperti ini, kalian benar2 menunjukkan kasih sayang. Semua memberi perhatian, yang besar maupun kecil, yang jauh maupun dekat.

Yang jauh segera menelpon, yang dekat menawari dan mengambilkan makanan dan minuman, membekam, yang kecil bolak-balik peluk cium Umi.

Dari kalian Umi belajar, apa sesungguhnya yang diharapkan orang tua dari anak-anaknya, ya, tidak banyak nak, tidak banyak. Tidak perlu sibuk mengumpulkan harta dunia untuk membahagiakan orang tua, cukup kasih sayang dan perhatian tulus itu yang dibutuhkan.

Oh,ya, jangan lupa juga, selalu selipkan doa untuk Umi & Abi saat kalian menghadap kepada-Nya, baik kami masih bersama kalian ataupun kita sudah terpisah alam.

Thursday, July 9, 2015

Menjadikan Malam Lailatul Qadr Sebagai Malam Seribu Bulan

Menjadikan malam lailatul qadr sebagai malam seribu bulan.

Lho? Kok menjadikan? Seolah kita yang menentukan?

Eit! Sabar, jangan emosi dulu 😆, maksudnya, bagaimana kalau kita memilih salah satu malam yang masih tersisa di Ramadhan kali ini, kemudian kita anggap malam itu sebagai lailatul qadr?

Alhamdulillah kalau memang malam yang kita pilih itu sesuai dengan pilihan Allah juga, kan hanya Dia yang tahu?

Di malam yang kita pilih itu benar2 kita buat sangat berarti bagi kehidupan kita ke depan, terutama untuk keselamatan kehidupan kekal kita di akhirat.

Caranya :
1. Mohon ampunan dg kesungguhan hati sbg upaya pembersihan diri. Jika sdh mendapat ampunan-Nya, andài esok harinya ajal menjemput pun, sdh tak ada masalah. Karena ujung perjalanan hidup kita adalah ampunan n rahmat-Nya.

2. Jadikan malam itu sbg titik tolak untuk sebuah perubahan yang fundamental. Niatkan dg kesungguhan hati untuk menghentikan segala laku yang Allah tak suka dan berungguh-sungguh untuk meningkatkan ketaatan kepada-Nya. Ujian pasti ada, tapi dengan kesungguhan ingin menggapai ridho-Nya, sebesar apapun ujian n halangan akan dihadapi dengan gagah dan menang, karena Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan kita.

3. Agar peluang kesamaan malam pilihan kita dan pilihan Allah semakin besar, maka jadikan semua sisa Ramadhan tahun ini sebagai lailatul qadr. Masih cukup kan energi untuk menghidupkannya?

#Semangat 💪💪💪

Wednesday, July 8, 2015

Doa di lailatul qadr

Allaahumma innaka 'affuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni (Ya Allah Engkau Maha Pemaaf/Pengampun dan menyukai pengampunan, maka ampunillah aku)

Menyambut malam yang penuh keberkahan, yang waktu tepatnya dirahasiakan, Rasulullah mengajarkan doa yang dianjurkan kita memperbanyaknya.

Mungkin kita pernah mempertanyakan, kenapa Rasulullah Saw. mengajarkan doa khusus ini?

Bisakah disimpulkan bahwa itulah kebutuhan terpenting kita sebagai seorang hamba saat diberikan waktu terbaik untuk mengajukan permintaan?

Bisa jadi, ya.

Kenapa?

Mengapa tidak minta surga?
Karena surga diberikan pada hamba yang dirahmati-Nya.

Mengapa tidak minta rizki?
Karena Allah sudah menjamin rizki setiap hamba-Nya.

Mengapa ampunan Allah yang diutamakan kita memintanya?
Karena begitu banyaknya khilaf dan dosa kita sebagai hamba-Nya dan saat ampunan itu Allah berikan, maka rahmat Allah akan kita dapatkan. Saat seorang hamba mendapatkan rahmat-Nya, adakah lagi kebutuhan yang melebihi itu?
Saat Allah mencintai seorang hamba maka Dia akan memerintahkan para malaikat dan seluruh alam untuk mencintainya.

Allahumma innaka 'affuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni

Tuesday, July 7, 2015

Kebimbangan Wanita Haid

Kebimbangan Wanita Haid

Mungkin sebagian mengalami kebimbangan yang sama setiap bulan Ramadhan, terutama wanita produktif.

Sudah banyak diketahui bahwa ada dua pendapat terkait dengan tilawah Al Qur'an saat haid.
1. Boleh, dengan dasar pertimbangan dan dalil yang jelas.
2. Tidak boleh, juga dengan dalil yang jelas, dan ini merupakan pendapat sebagian besar ulama.

Mana yang kita pilih?

Masing-masing boleh mengambil salah satu pilihan dengan dasar kepahaman, bukan sekedar ikut2an.

Sebenarnya, apa yang menjadi hal dasar perbedaan dua pendapat itu?

Setahu saya, sejauh kajian yang pernah diikuti, bermuara pada kesimpulan:
1. Ulama pada pendapat 1 lebih mengutamakan masalah kejelasan dalil dalam setiap ibadah.
2. Ulama pada pendapat kedua mengutamakan kehati-hatian dalam  penghormatan terhadap Al Qur'an. Bukan berarti ulama pada pendapat 1 tidak menghormati tapi bentuk penghormatannya yang  berbeda.

Pilih mana?

Silahkan pilih salah satu pendapat dan lakukan dengan sebaik-baiknya.

Apakah itu berarti syari'ah bersikap subyektif? Terserah individu dalam menjalankannya?

Untuk satu - dua hal terkesan seperti itu, tapi sebenarnya tidak, karena pilihan itu harus berdasarkn ilmu dan hal itu hanya untuk beberapa kasus dari ribuan syariah yang ada dalam Islam.

Apakah kita boleh  berganti-ganti pendapat? Saat Ramadhan ikut pendapat pertama, saat di luar Ramadhan ikut pendapat kedua?

Ha hai, plin-plan dong? 😆 Apa alasannya?

Biasanya terkait dengan semangat ibadah di bulan Ramadhan, terutama target pencapaian tilawah.

Sssst! Hati-hati, jangan-jangan ini pengaruh nafsu, walaupun nafsu yang sepertinya baik.

Mungkin kita harus berpikir ulang dalam menentukan pilihan, karena semua keputusan kita akan dimintai pertanggung jawabannya.

Kalau sudah menentukan pilihan berdasarkan pemahaman dan ketaatan, maka istiqomahlah dalam melaksanakan.

#sekedarpendapat ☺