Friday, December 18, 2015

Menunda Shalat

Harish : Umi sudah sholat?

Umi : Umi lagi nggak sholat.

Harish : Umi nggak sholat karena migren, ya?

Umi : Bukan, karena Umi lagi udzur.

Harish : Udzur itu apa?

Umi : Udzur karena haid, wanita dewasa ada masanya haid.

Harish : Laki-laki nggak ada haid?

Umi : Nggak ada.

Harish : Jadi laki-laki harus shalat terus, dong?

Umi : Hu um.

Harish : Mi, kalau bapak-bapak pengajian malam, trus waktu adzan nggak sholat, kapan dong sholatnya?

Umi : Sholatnya setelah pengajian, harusnya sih sholat dulu.

Harish : Harusnya sholat dulu waktu adzan, trus pengajiannya dilanjutin lagi, ya?

Masyaallah, segitu jelinya. Mungkin dia pernah menyaksikan pengajian yang nabrak waktu isya dan tanggung kalau dipotong shalat, sedang untuk waktu shalat isya ada kelonggran untuk diakhirkan.

Astaghfirullah. Sangat tidak mudah mendampingi amanah-Mu ya Allah, dalam kondisi kami yang masih sering lalai. 😢😢

Pasukan Cilik Yang Semakin Terlatih

Sudah dicegah, tapi tamu rutin yang tak diharapkan tetap saja datang, migren. Ya, diterima saja, mau gimana lagi?

Untunglah anak-anak libur.

Umi : Rish, tolong buka tutup botol madu ini, segelnya dibuka pakai gunting.

Harish : Ini, Mi sudah, tapi nggak  bisa buka tutupnya.

Umi : Minta tolong Abi.

Harish membawa madu ke kamar depan.

Harish : Abi lagi istirahat, jangan diganggu.

Hafa : Sini, Mbak Hafa bukain.

Hafa berhasil membuka tutup botol itu.

Harish : Mau dibuatin teh madu, Mi?

Umi : Nggak usah, pakai sendok aja, ini sudah ada teh pakai gula.

Harish menyiapkan sendok, Umi yang menuangkan madu dan meminumnya. Harish juga ikutan.

Husna : Fa, bersihin ayam sama ikan, Mbak Husna sudah cuci piring, tadi juga sama Harish sudah bersihin kamar belakang, ngepel.

Hafa : Mi, kepala ayamnya buang aja, ya, geli.

Umi : Ya.

Harish : Sini, Mi, leher belakangnya Harish pijitin lagi.

Umi : Umi pengen makan pecel, siapa yang mau beliin?

Harish : Harish aja, pedes ya, Mi? Cabe berapa?

Umi : Lima.

Harish pergi beli pecel ke tetangga.

Husna : Garam, kunyit, lada, apalagi, Mi, bumbu ungkep?

Umi : Bukan lada Hus, ketumbar, bawang putih.

Harish datang, bawa pecel.

Harish : Ini, Mi pecelnya.

Umi : Iya, sebentar.

Harish : Sini Harish suapin, Umi sambil belajar tab.

Umi : Jangan banyak-banyak, trus nunggu yang di mulut Umi habis.

Harish : Lama banget sih.

😃😃😃

Bicara Tentang Surga

Setelah dewasa, mungkin aku bukan penghayal yang baik. Tak mampu membayangkan surga seindah gambaran ayat-ayat Al Qur'an.
Tapi aku tidak kecewa dengan payahnya daya fantasiku. Karena Rasulullah pernah mengatakan bahwa keindahan surga melebihi keindahan yang mampu dihayalkan manusia.

Aku cukup bahagia karena pernah menghayalkan surga saat kanak-kanak sebelum usia 10 tahun.

Ngobrol dengan teman sambil bergelantungan di pohon jambu kluthuk.

"Di surga nanti, kalau kita pengen makan bakso, tinggal menjentikkan jari, dalam sekejap malaikat mengantarkan bermangkok-mangkok sampai kita puas,"celotehku.

"Kalau aku mau makan anggur setiap hari," timpal temanku yang lain.

"Di surga nanti kita bisa ganti-ganti pakaian indah seperti putri raja, dengan mahkota bertaburan permata," kicau temanku yang lain.

Sebatas hayal? Benar!

Kini, dalam nalarku, pengetahuan surga tak perlu dipanjang-panjangkan, cukuplah sebagai janji Allah, sebagaimana juga halnya neraka. Janji yang tak perlu diragukan, karena janji Sang Khalik Yang Maha Kuasa sangat berbeda dengan janji manusia yang kikir dan tanpa daya kecuali dengan kekuatan-Nya.

Yang sering memenuhi imajiku saat ini adalah saat hari perhitungan, dimana semua yang kita celotehkan dan lakukan, sebagai hasil dari apa yang kita pikirkan, akan dihisab tanpa ada yang bisa terselip sedikitpun.

Saat dimana aku akan merasakan malu yang sangat menyaksikan adegan-adegan yang diputar ulang, dimana pembangkangan, kemaksiatan dan sikap kesombonganku saat udara dunia masih kuhirup.

Malu melihat begitu minimalisnya ibadah dan ketaatan yang mampu kulakukan.

Malu, karena begitu banyak waktu berlalu dalam kesia-siaan.

Aku ingat seorang teman mengatakan, kebahagiaan dunia adalah dp surga yang sesungguhnya. Tak akan menikmati surga di akhirat orang yang tak pernah menikmati indahnya surga dunia.

Apa surga dunia?

Indahnya saat mampu bersyukur atas karunia-Nya, indahnya saat bersabar saat dalam musibah, manisnya qonaah saat dalam ketiadaan, tenangnya hati saat munajat kepada-Nya, bahagianya saat mampu melakukan sedikit ketaatan dan terhindar dari kemaksiatan.

Itu sebagian surga yang realistis saat ini sambil menantikan realisasi dari janji Allah, surga yang sesungguhnya. Yang keindahannya tak terjangkau oleh daya hayal manusia, yang takkan mampu diungkap kata-kata penyair hebat manapun.

Yang keberadaannya hanya diakui oleh setitik iman di hati.

Friday, December 11, 2015

Ngaji Dulu dan Kini

#Autokritik
Dulu, duapuluhan tahun lalu, pengajian dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, tanpa hidangan, bahkan minum segelas pun. Kalau bawa anak kecil, bawa minum dan makanan sendiri, sekedar sianak tidak rewel dan mengganggu acara.
Itu sebuah cermin kesungguhan dalam kajian.
Dulu, dianjurkan tidak minum selain air tawar. Selain sehat, juga mencegah ketegantungan terhadap sesuatu, terutama selera dan gaya hidup.
Sebagai salah satu upaya melepaskan diri dari segala keterikatan kecuali kepada Allah. Agar kita siap menghadapi situasi terburuk sekalipun.
Apa yang dipelajari berusaha segera diamalkan.
Kini...
Di sebuah rumah makan lesehan, di hadapan hidangan yang dipesan sesuai selera masing-masing, salah satu peserta membacakan sebuah buku tentang saling tolong menolong. Di dalamnya ada sebuah hadits tentang itu.
Hmm.
Benar! Hanya sekali-sekali, tetapi dari setiap apa yang terjadi selalu terselip peringatan saat kita terlupa.
Apakah memang kondisi ekonomi sudah berubah? Kondisi siapa? Peserta kajian atau masyarakat? Atau kualitas kajiannya yang standarnya bergeser antara iman, ilmu dan amal?
#sebuah renungan diri untuk memahami situasi.

Tuesday, December 8, 2015

Diskriminasi Dalam Dakwah

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
maka kamu melayaninya.(Terjemah QS. Abassa : 1-6)

Siapapun boleh melakukan dakwah, selama paham dengan apa yang didakwahkan, karena akan ada pertanggungjawabannya.

Di surat Abassa Allah memberi pegangan, bahkan peringatan untuk tidak mengabaikan orang-orang yang menerima dakwah, dari kalangan apapun mereka. Bahkan mereka harusnya diprioritaskan.

Sebagai dai, mungkin ada skala prioritas dalam menentukan obyek dakwah. Dengan alasan efektivitas hasilnya.

Wajar! Secara logika, orang-orang yang punya pengaruh di masyarakat harusnya lebih diutamakan, harapannya melalui pengaruh mereka dakwah akan lebih cepat berkembang.

Atau di kalangan terdidik, sebagai upaya kaderisasi dai.

Bahkan sempat terbaca ada semacam peringkat kualitas dai, dimana penggarap tokoh masyarakat, pejabat dan mahasiswa seperti lebih bergengsi dibandingkan yang berdakwah di masyarakat bawah atau anak-anak.

Allah Maha Menyaksikan dan tak pernah melalaikan nilai kebaikan sekecil apapun.

Surat Abasa, selain bernada menegur sikap dai yang diskriminatif, sekaligus menghargai para dai yang dengan kesabarannya melayani orang-orang yang terpinggirkan karena keadaan.

Sebutan buta di surat tersebut bisa jadi mewakili keadaan kekurangan manusia, bisa karena kemiskinannya, status sosialnya, ke maksiatannya, dll.

Monday, December 7, 2015

Menyikapi Kondisi Yang Tidak Biasa

Lahir---kanak-kanak---remaja/dewasa---menikah---punya anak---tua---wafat.

Demikian fase kehidupan manusia umumnya.

Tapi pada kenyataannya, entah karena sebab yang diketahui atau tetap jadi misteri, tidak semua kita menikmati fase itu dengan sempurna.

Ada fase yang terlewati atau terputus di salah satu titik sebelum mencapai akhir.

Seharusnya tidak masalah jika tidak mendapatkan salah satu fase, karena dari setiap kesempatan itu selalu ada konskuensi dan tanggung jawabnya (kecuali fase lahir&kanak-kanak)

Kenyataannya, tak semudah itu menjalani, terutama jika dikaitkan dengan perasaan.

Bagi yang tidak menikah sampai masa tua, tentu ada rasa tak nyaman di saat-saat tertentu, karena salah satu nalurinya tidak tersalurkan dengan sempurna. Entah itu saat memperhatikan teman-teman yang sudah berkeluarga atau saat ada yang menanyakan kabarnya. Apalagi kalau bertemu dengan orang yang rasa ingin tahunya berlebihan, hhhh!

Atau, berkesempatan menikah, tapi tidak mendapatkan keturunan. Juga tidak mudah menjalaninya. Bisa jadi ada perasaan tidak sempurna yang berpotensi menimbulkan rasa rendah diri.

Semua itu rahasia Allah, memberikan takdir spesifik pada setiap hamba. Tugas kita adalah bersikap sebaik-baiknya: berusaha menerima itu dengan lapang dada setelah ikhtiar maksimal kemudian menjadikannya sebagai peluang beramal shaleh.

Banyak orang tidak menikah sampai akhir hayatnya tapi mampu menoreh sejarah luar biasa, misalnya Nabi Isa, Ulama Hasan Al Basri (kalau nggak salah 😃),Khalil Gibran, Bunda Theresa, dll.

Yang tidak diberi keturunan pun dapat mengambil peran dalam upaya memunculkan generasi berkualitas, misalnya dengan mendidik mereka, memberi beasiswa, menjadikan anak asuh, dll.

Tak semua yang kita harap akan terwujud, karena ada Dia yang berkuasa menyempurnakan kehendak-Nya.

Sunday, December 6, 2015

Cemburu

Abi : Umi pakai baju mana?

Husna : Yang ungu, Mi.

Abi : Jangan, ah, yang ijo aja, ya?

Husna : Abi nih, senengnya ijo terus.

Abi : Kalau yang ungu, Umi keliatan langsingnya, Hus.

Husna : Baju Umi yang lain, ada juga yang keliatan langsing?

Umi senyum-senyum memperhatikan mereka. Nggak ada yang berubah, masih seperti 23 tahun lalu, di awal-awal berumah tangga. Abi cemburunya ya seperti itu, sekitar baju, jilbab dan kaus kaki. Nggak kaku, hanya memenuhi syarat standar, menurup aurat. Yang lain-lain, semisal warna, model,  no problem.

Pernah suatu hari ada inbox dari laki-lqki yang nyrempet-nyrempet.

Husna : Abi nggak cemburu tah, ada yang bilang cinta ke Umi?

Abi : Masak cemburu sama komputer?

Mungkin ada orang lain yang ungkapan cemburunya beda, misal melarang istrinya main fb, dsb. Tapi tidak dengan Abi, tak ada yang namanya kekangan. Yang ada saling percaya dan komunikasi.

Sebagai suami istri kita memang harus saling menjaga dan mengawasi, tapi toh tetap ada batasnya. Ada hal-hal yang tidak terjangkau. Nah, kalau sudah begitu, ya serahkan saja pada pengawasan Allah, toh secara pribadi semua kita bertanggung jawab pada Allah?

Jangan kuras energi untuk masalah cemburu, masih sangat banyak urusan kita yang membutuhkan energi untuk diselesaikan.

Disudahi

Sebenarnya masih banyak yang ingin digali dan dibahas berkaitan dengan masalah naluri dasar manusia, kebutuhan seksual dan lainnya. Terutama tentang perkembangan yang berkaitan dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup.

Tapi seorang sahabat mengingatkan, jangan sampai menumbuhkan syahwat publik, nanti bisa terkena dosa sosial!

Haaaaaaah!?

Ih! Jadi takut!

Ga pa pa deh dibilang penulis cemen. 😃 Dan memang beneran cemen kalau sudah berhubungan dengan dosa.

Jadi keputusannya, bahasan dianggap selesai.

Kalau masih ada yang ingin didiskusikan, japri aja, ya 😃. Biar nggak  melebar kemana-mana, sesuai kasus yang dihadapi.

Sekali lagi, ini salah satu upaya untuk menjembatani antara kondisi yang ada dengan kondisi ideal yang diharapkan.

Maaf, nggak sesuai rencana.

Saturday, December 5, 2015

Mencegah Zina

Allah membekali manusia dengan naluri syahwat, tapi Dia juga memberikan jalan dan aturan dalam menyalurkannya.

Dan itu bukan zina!

Allah melarangnya bahkan hanya untuk mendekatinya.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. ( Terjemah QS. Al Isro' : 32)

Apakah jalan keluarnya?

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.(Terjemah QS.An-Nur : 33)

Pada kenyataannya, apakah setiap manusia sudah layak menikah bisa segera melaksanakannya?

Hmm, bisa jawab, kan? Semakin ke belakang, semakin banyak persyaratan untuk bisa menikah.

Lalu, bagaimana solusi untuk yang sudah ingin menikah tapi belum mampu, terutama dari sisi finansial?

Tetap saja bukan zina, solusinya.

Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya...(Terjemah QS. An Nur : 32-33)

Menjaga kesucian!

Beberapa cara yang bisa dilakukan :
1. Perbanyak puasa
2. Sibukkan diri dengan kegiatan positif.
3. Bergaul di komunitas/lingkungan pergaulan yang menjauhkan fikiran dari membahas masalah seksual.
4. Jauhi hal-hal yang bisa menimbulkan rangsangan : tundukkan pandang, hindari obrolan dan tontonan yang berbau pornografi, dll.

Teori sih, mudah! Prakteknya? 😃😃😃

#tunggu tayangan berikutnya, boleh delivery tema yg berkaitan dengannya.

Usia dan Zina

Mungkin kebanyakan kita beranggapan, godaan syahwat yang berujung pada zina didominasi kalangan remaja, mengingat tingkat pengendalian diri yang masih rendah, sedang dorongan syahwat dari dalam diri begitu kuat.

Benarkah begitu?

Ternyata, kalau kita sering membaca berita tentang kejahatan seksual, pelakunya merata dari semua kalangan, juga korbannya. Dari anak-anak remaja awal sampai kakek-kakek yang dianggap sudah bau tanah.

Belum lagi berita perselingkuhan, selain dari berbagai usia, juga dari beberapa kalangan dan lingkungan. Terlepas dari kevalidan masing-masing berita, kita temui kisah kelam itu ada di desa dan perkotaan, di lingkungan agamis dan non agamis, di kalangan pejabat atau penghuni kawasan kumuh, di tingkat terdidik maupun masyarakat bawah.

Itu yang terekspos. Bagimana dengan yang tidak terpantau media, masyarakat atau bahkan keluarga terdekatnya? Bukankah perselingkuhan lazimnya dirahasiakan?

Hehhh!

Sangat miris jika kita melihatnya dari sudut pandang akibat zina terhadap kehidupan sosial, apalagi kehidupan akhirat.

#Masih berlanjut 😃

Iman dan Zina

Berimankah orang yang berzina?

Pada kenyataannya kita temui banyak orang yang rajin "beribadah" pernah juga melakukan zina. Padahal, tak akan melakukan ibadah jika tak ada setitik iman di hatinya.

Apakah itu berarti iman tak mampu mencegah perbuatan keji ini?

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Seorang pezina yang akan berzina tak akan jadi berzina ketika dalam keadaan beriman. Seorang pencuri yang akan mencuri tak akan jadi mencuri ketika dalam keadaan beriman. Seorang peminum khamar yang akan meminum khamar tak akan jadi meminumnya ketika dia dalam keadaan beriman.” (HR. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah).

Dalam hadits lainnya, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika seorang hamba berzina, maka iman akan keluar darinya, maka dia seperti payung yang berada di atas kepalanya. Jika dia meninggalkan perbuatan zina itu, maka keimanan itu akan kembali kepada dirinya.” (HR. Imam At Tirmizi  dan Imam Abu Dawud).

Benar!

Iman bisa naik, kadang turun. Iman harus selalu dijaga, agar stabil sehingga iman itu mampu membuat pemiliknya terjaga.

Setiap kita akan mendapat kesempatan berhadapan dengan ujian zina, dimanapun kita berada, setinggi apapun iman yang pernah kita capai.

Kenapa?

Karena zina berhubungan erat dengan naluri dasar yang setiap manusia normal memilikinya, ketertarikan kepada lawan jenis, bahkan yang di luar koridor, tertarik pada sesama jenis. Nalurinya sama, hanya obyeknya yang berbeda.

Hadits di atas mengisyaratkan pada kita untuk selalu menjaga iman dengan selalu mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai jalannya, agar iman itu kokoh dan tidak goyah saat kita menghadapi berbagai ujian yang dapat menjerumuskan.

Saran, kasihanilah orang yang sedang menghadapi ujian kemaksiatan, termasuk zina. Kalau bisa tolonglah, setidaknya tidak terlalu menghinakannya, karena dia sedang dalam kelalaian. Bisa jadi suatu saat kita atau keluarga kita dihadapkan pada ujian sejenis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi Bagi Adam bagian mereka dari zina, mau tidak mau. Kedua mata bisa berzina, dan zina keduanya adalah dengan memandang. Lidah juga bisa berzina dan zina lidah adalah dengan bicara. Kaki juga bisa berzina dan zina kaki adalah langkahnya (menuju kemaksiatan). Tangan juga bisa berzina, dan zina tangan adalah dengan memegang. Hati bisa berhasrat dan berangan-angan; kamaluan yang akan membuktikan zina itu kenyataan atau tidak.(Bukhori & Muslim)

Ini bukan masalah satu dua orang atau beberapa keluarga, ini sudah jadi masalah masyarakat, bangsa dan generasi. Tak akan selesai hanya difikirkan oleh satu dua orang, tokoh atau pejabat, tapi semua kita.

#Masih ada, tunggu tayangan berikutnya 😃

Ilmu dan Zina

Seorang nara sumber menceritakan pengalamannya, sekitar belasan tahun lalu.

Beliau mengatakan, selama dua tahun melakukan berbagai jenis eksplore seksual dengan pacarnya, bahkan kecanduan. Hanya saja keduanya sepakat tidak sampai jima'.

Apa yang membuat mereka bertahan dengan kesepakatan itu selama dua tahun? Sanggup tidak melanggarnya?

"Kalau sampai melakukan itu, maka amal ibadah kami selama 80 tahun tidak diterima Allah."

Hmm.

Ketakutan pada hukum, yang merupakan tanda masih adanya iman mampu mencegah mereka berbuat lebih jauh.

Ini masalah ilmu dan pemahaman.

Bagaimana jika mereka mengetahui bahwa:

**Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Al-Isra : 32)

**Lebih baik bagi salah satu sari kalian memegang bara api yang panas dari pada menyentuh wanita yang bukan mahram.” [HR. Sahihain]

Apakah mereka tidak melakukannya?

Hmmm, yang jelas, faktor ilmu dan pemahaman berperan dalam hal ini.

Apa faktor lainnya?

Tunggu tayangan berikutnya 😊

Friday, December 4, 2015

Pornografi dan Zina

Bukan lagi rahasia, saat ini zina telah merebak di seluruh lapisan masyarakat.

Walaupun hasil penelitian yang sering dilakukan beberapa lembaga survey tidak bisa menjamin kevalidannya, menyangkut pengambilan sampel, setidaknya dari penelitian itu ada sedikit gambaran, bagaimana kondisi masyarakat kita, setidaknya yang terjadi pada para responden.

Belum lagi tindak kejahatan seksual yang menimpa kalangan anak-anak dan wanita di berbagai lapisan masyarakat.

Terlepas masalah bagaimana hasil penelitian tentang hal itu, secara logika sederhana, maraknya tindakan zina dan kejahatan seksual bisa kita kaitkan dengan kondisi lingkungan yang ada, antara lain:
1.  Maraknya pornografi di media.
2.  Sistem pergaulan yang cenderung bebas, campur baur antara pria dan wanita.
3. Cara berpakaian dan tingkah laku yang membangkitkan syahwat bagi yang memandangnya.

Sebenarnya, hajat seksual merupakan kebutuhan dasar manusia pada tahap/usia tertentu, sebagaimana makan, minum dan buang air besar/kecil. Harus dipenuhi untuk mendapatkan kehidupan yang sesuai fitrahnya.

Sebagaimana makan, minum dan bab/bak yang ada aturannya, sebagai makhluk yang dimuliakan, maka untuk memenuhi hajat. seksual pun, ada aturan yang harus diikuti.

Ketika aturan itu diabaikan, maka derajat kemuliaannya akan merosot sejauh pengabaian yang dilakukannya.

*apa pedulinya dengan derajat kemuliaan?
*apa bahaya zina?
*bagaimana solusinya?
#tunggu tayangan selanjutnya 😊

Monday, November 23, 2015

Patah Hati

Istilah patah hati biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi perasaan kecewa karena harapannya gagal.

Penyebabnya bisa beragam, walau biasanya patah hati dikaitkan dengan kekecewaan sepasang kekasih yang gagal dalam membina hubungan lebih lanjut.

Tingkat keparahan patah hati pun beragam, tergantung kondisi kesiapan mental yang bersangkutan.

Waktu pemulihannya juga tidak sama pada setiap orang. Ada yang cukup sekilas, sehari, seminggu, sebulan bahkan bertahun-tahun.

Ekspresinyapun berbeda-beda.

Ada yang hanya menyimpannya dalam hati, tidak  terekspresi, hanya akan terasa oleh orang-orang dekatnya, tanpa kata-kata.

Sebagian mengekspresikannya pada orang yang membuatnya patah hati dan beberapa orang yang dipilihnya.

Tapi ada juga orang yang patah hati, terkesan ingin semua orang mengetahui penderitaannya. Bertemu siapapun yang dikenalnya, terutama yang dianggap sahabat, dia akan curhat, bahkan berulang-ulang. Bahkan kini orang yang patah hati diberi sarana untuk mengeluarkan bebannya, dengan mengungkapkannya di wall face book yang lebih banyak lagi orang yang akan tahu patah hatinya.

Hmm. Sebagai orang yang patah hati, sebenarnya apa tujuan mengungkapkannya pada pihak lain?

Ada beberapa kemungkinan:

1. Sekedar ingin mengeluarkan gumpalan hati, tidak perduli ada yang mendengar atau tidak.
2. Ingin ada yang mendengar dan bersimpati padanya, misal dengan  mengusap punggungnya.
3. Ingin ada yang mendengar, menenangkan hati dan membantu mencari solusi agar segera keluar dari ketidaknyamanannya.

Nah! Di sinilah kita harus benar-benar memahami kondisi, apa yang diinginkan ybs. Jangan sampai kita salah sikap dan melakukan hal sia-sia bahkan merusak pertemanan yang ada.

Hmm.

Wednesday, November 18, 2015

Ujian keikhlasan

Ujian keikhlasan itu saat orang yang kita beri ide, bimbing n arahkan, sukses dg usahanya. Tapi seakan tidak peka saat kita butuh dibantu.

Astaghfirullah!

Yakin, kalau kesuksesannya karena andil kita semata?

Bagaimana dengan kita? Mampukah mengingat, (hanya mengingat nama) orang-orang yang berperan penting dalam kehidupan kita? Jangan-jangan menganggapnya penting pun, tidak?

Mampukah kita mengingat orang yang pernah menginspirasi? Mengajarkan kita membaca? Mengenalkan berbagai pengetahuan? Orang yang menolong saat kita jatuh saat kecil dulu? Mengingat saja?

Bagaimana kalau harus membalas kebaikan mereka semuanya?

Kita nggak akan sanggup.

Maka Allah perintahkan kita untuk ikhlas, lakukan kebaikan sebanyak-banyaknya, jangan harap balasan dari orang yang kita berbuat baik kepadanya, biarlah Allah yang akan membalas dengan lipatan yang tak terbilang.

Hmmm. Memang tidak mudah, tapi latihan yang sering kita lakukan akan membuat kita terbiasa.

Saturday, November 14, 2015

Sebab Kebencian


Ingin menyenangkan semua orang?

Sepertinya tidak mungkin, kecuali menyenangkan sebagian besar orang. Artinya, tetap saja ada yang tidak senang bahkan benci.

Sebagai makhluk sosial, sangat wajar kalau kita ingin nyaman dalam berkomunikasi dengan semua orang, tapi pada kenyataannya tak semudah itu. Ada saja hambatan dalam komunikasi yang kita temui, dan hambatan yang paling mendasar adalah adanya rasa tidak suka atau benci yang sudah tertanam di dalam hati.

Kalau pertanyaannya, mengapa orang membenci saya? jawabannya tidak akurat, walau sudah dikonfirmasi kepada yang membenci, karena tidak semua orang mau terbuka tentang itu.

Tapi setidaknya, beberapa masukan dari teman-teman fb berikut bisa kita jadikan acuan, kemudian ditambah dengan hal-hal yang menyebabkan kita tidak menyukai dan membenci orang lain.

1. Usil dan terlalu ingin tahu bahkan terkesan ikut campur urusan.

2. Iri terhadap keberhasilan/kesuksesan.

3. Merasa dihalangi kesuksesannya.

4. Merasa dirinya benar/ beda sudut pandang/ mempersepsikan orang lain sesuai persepsinya.

5. Informasi yang sampai tidak sesuai yang sebenarnya, hanya hal-hal yang menimbulkan rasa benci.

6. Terpengaruh orang lain yang dicintainya, tanpa tahu mengapa harus membenci.

Benci itu menyangkut rasa, jadi sifatnya subyektif. Kadang kita merasa kesulitan menghilangkan rasa ini walaupun sudah diupayakan dengan logika, tetap saja sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin mengubah benci menjadi cinta.

Hmm, jadi bagaimana solusinya?

Peliharalah benci itu jika ingin hatimu selalu sakit!

Hah?!

Lha, iyalah! Yang dibenci belum tentu tahu dan berusaha memperbaiki sikap, yang pasti sipembenci sakit hatinya.

Nasihatnya?

Cintai secukupnya, bencilah sewajarnya.

Cinta karena Allah, bencipun karena Allah, artinya ukurannya adalah aturan Allah.

Naaah! Artinya kita dituntut untuk lebih jauh mengenal Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya.


Friday, November 13, 2015

Hubungan Iman-Ibadah-Akhlak


Nggak sulit kok menjelaskan hubungan antara ketiganya, memahaminya pun relatif mudah.

Yang nggak mudah tuh, membuktikannya.

Kadang kita gagal membuktikan bahwa iman yang ada sebagai sebab dilaksanakannya ibadah dan menimbulkan rasa malu saat akhlak tak seindah iman  atau ibadah itu.

Kita ambil tiga contoh ibadah, ya?

1. Shalat

 ... Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar... (terjemah QS Al Ankabut :45)

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Terjemah QS Al Baqarah: 45-46)

Nggak perlu dijelaskan, ayat di atas sangat mudah dipahami. Jadi, shalat yang berdasarkan imanlah yang akan membuat pelakunya menjauhi perbuatan keji dan mungkar. 

2. Puasa

 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (terjemah QS. Al Baqarah : 183)

"Puasa adalah perisai. Jika pada hari dia puasa maka janganlah berkata keji atau kasar. Jika seseorang mencelanya atau menyerangnya,  hendaknya ia berkata, ‘Saya sedang puasa’." (HR Bukhari dan Muslim).

Hanya orang beriman yang rela bersusah payah puasa yang akan menghasilkan akhlak yang baik.

3. Haji

 (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.  ( terjemah QS. Al Baqarah : 197)

Dari contoh tiga ibadah ini, sudah bisa, kan disimpulkan adanya hubungan erat antara iman-ibadah-akhlak?
Artinya, ini bisa kita jadikan baromater untuk diri sendiri, bagaimana kondisi iman kita? Sudahkah mampu menjadi energi untuk melaksanakan ibadah? Sudah baikkah ibadah kita sehingga akhlak yang muncul adalah mulia? 

Yang merasakan kebaikan akhlak kita adalah orang lain dan lingkungan, maka bercerminlah padanya.


Thursday, November 12, 2015

Egois itu...Kamu



Label egois sangat jarang ditempelkan pada diri sendiri, dan tentunya berkonotasi negatif.

Kebanyakan kita beranggapan atau mendefenisikan egois itu sebagai sikap yang mencerminkan mau menang sendiri, memikirkan diri sendiri, cari enak sendiri, dll, yang biasanya berefek pada pengabaian terhadap orang lain.

Tentu sangat menyakitkan kalau orang yang berlabel egois itu adalah pasangan hidup kita.

Bayangkan!

Pastinya orang yang paling merasakan pengabaiannya adalah kita, yang setiap saat mendampinginya. Fuihh!

Mau ganti pasangan?

Ha ha ha, tentu tak semudah ganti hape, kan?

Apa mau mengubahnya?

Tentu tak semudah membuat donat, kan?

Karakter itu sudah terbentuk sebelum dia menjadi pasangan kita, sudah jadi.

So? Bagaimana supaya kita tetap nyaman mendampinginya?

1. Evaluasi ulang persepsi kita tentang egois. Tidak selamanya egois itu buruk!

Mari resapi kalimat berikut: 

"Jagalah diri dan keluargamu dari api neraka!"

Itu perintah untuk egois, kan? Itu perintah Allah, lho.

Kalau egois, bertahan dengan pendapatnya dalam upaya menjaga keluarga dari hal-hal yang tidak disukai Allah, apakah itu buruk? 
Ketika kita menyadari bahwa alasan egoisnya karena itu, mungkin kita sebagai pasangan perlu membantunya dalam mengkomunikasikan sehingga kesan egoisnya dapat dikurangi.

2. Evaluasi kondisi emosi kita saat itu, obyektifkah kita menilainya egois? Jangan-jangan justru kita sedang egois?

Sebaiknya, pending dulu komunikasi, tunggu saat yang tepat.

Benar! Komunikasi adalah cara untuk menjembatani dua jiwa yang kemungkinan sama-sama egois.

3. Pada dasarnya setiap kita adalah egois. Bagaimana refleksinya dalam sikap, sangat tergantung temperamen dominan yang kita miliki. Belajar memahami orangnlain dengan memposisikn diri sebagai dia akan sangat membantu salingmpengeryian dan penerimaan antar pasangan.

Kuncinya ada pada komunikasi sehat, maka latihlah terus agar rasa segelombang semakin terwujud nyata dalam keseharian kita.

Tuesday, November 10, 2015

Menjadi Pendamping Perubahan Yang Disukai

Tema diskusi di beranda fb pada 9 Nopember 2015

Jika...jika, yaaa

Kamu merasa mempunyai kebiasaan bahkan cenderung kecanduan dengan suatu perbuatan yang tergolong maksiat, tapi menurutmu itu bagian dari naluri yang wajar diikuti dan kamu ingin berubah dan meninggalkan hobi itu.
Dalam prosesnya kamu butuh seseorang untuk mendampingi.

Pertanyaannya : Sikap apa yang kau harap dari sang pendamping?

Misal :
1. Dia sering berikan dalil2 yg menunjukkan bahwa perbuatan itu maksiat dan memintamu untuk segera menghentikannya.
2. Dia berusaha memahami bahkan membiarkanmu tetap melakukannya, tapi sering diajak membahasnya, sampai kamu memutuskan sendiri kapan berhenti total.
3. Menakut-nakuti dengan dosa dan akibat buruk dari perbuatan itu.
4. Dll.

Dari beberapa komentar yang masuk, bolehlah kita simpulkan beberapa hal sebagai pegangan jika suatu saat kita berkesempatan menjadi pendamping.

1. Posisikan diri sebagai sahabat yang menginginkan perubahan sikap ke arah yang lebih  baik.

2. Sebagai pendamping, upayakan kita memahami karakternya, agar dapat memilih sikap yang tepat dan efektif. Bisa dicoba dengan dosis ringan, misal membahas sedikit dalil untuk mengukur reaksinya, kalau terlihat dia nggak suka, bersabarlah untuk tidak mengeluarkan dalil, atau ambil substansi dalil dan pilih ungkapan logis, sehingga lebih enak diterima.

3. Ada orang yang suka dibimbing dengan cara pertama, karena dengan begitu dia merasakan kesungguhan dalam upayanya untuk berubah. Tapi ada juga yang tidak suka, karena merasa dipaksa atau ditekan, terlebih dia tahu, pembimbingnya pernah melakukan hal yang sama.

4. Kebanyakan orang suka dengan cara yang kedua, ingin dipahami dan dimaklumi, dibimbing tapi tidak didikte, sampai tumbuh kesadarannya untuk melakukan perubahan. Dibutuhkan kesabaran dan kekuatan mental untuk tidak terlarut.

Terlepas dari cara, satu hal yang perlu ditanamkan padanya, tentang naluri. Banyak sekali naluri atau kecenderungan manusia yang menyertainya, seperti kecenderungan pada kebenaran, mencintai, membenci, keluh kesah, kikir, dll.
Semua naluri itu juga bagian ujian kehidupan, semuanya harus proporsional dan pada tempat yang seharusnya.

Mengajak kepada kebaikan memang bukan pekerjaan mudah, karena bersentuhan langsung dengan jiwa manusia. Itu sebabnya, kita tidak bisa mengabaikan keterlibatan Allah dalam prosesnya, karena Dialah yang menggenggam jiwa dan membolak-balikkan hati manusia.

Monday, November 9, 2015

Sikap Pemberi Hutang

Mungkin tak ada manusia yang ingin terlibat hutang, tetapi kehidupan mengantarkannya pada syariat yang dibolehkan ini.

Ghalibnya, seseorang akan berhutang karena harus memenuhi kebutuhan tapi tidak ada kemampuan finansial, sedangkan yang memberi hutang biasanya mempunyai kelebihan dari yang dibutuhkannya.

Awalnya, masalah hutang-piutang ini sederhana, dia bagian dari tolong-menolong yang dianjurkan,  jika sesuai dengan prosedur yang sudah diatur:

1. Penghutang membutuhkan sesuatu (biasanya uang)
2. Yang memberi hutang mempunyai sesuatu itu dan ikhlas menghutangkannya.
3. Ada pencatatan hutang yang dihadiri saksi, berisi jumlah yang dihutang, tenggang waktu pembayaran, bila perlu konskuensi bila tidak tepat janji.

Masalah menjadi rumit ketika yang terjadi tidak sesuai dengan yang direncanakan, hutang belum dibayar saat jatuh tempo.

Banyak faktor penyebab dan sikap penghutang yang tidak tepat waktu dalam pembayaran.

Masalah akan semakin rumit  saat hutang tidak murni hutang, tapi menyangkut perdagangan dsb.

Ada beberapa sikap yang biasanya diambil oleh pemberi hutang saat terjadi hal di atas:
1. Mengingatkan/menagih
2. Membiarkan.
3. Membawanya ke ranah hukum.
4. Berjanji tidak akan memberinya hutang lagi.

Sebagai yang memberi hutang, kita boleh memilih sikap, tentu dengan pertimbangan yang matang, hanya satu hal yang perlu diperhatikan, jangan sampai niat awal kita menolongnya rusak karena sikap yang kita ambil menghilangkan keikhlasan, menambah dosa, mengotori dan menyakiti hati sendiri.

Jika kita melihatnya dari kaca mata keimanan, banyak catatan yang bisa kita buat berkaitan dengan masalah ini:
1.  Beriman kepada takdir, tak kan ada yang terjadi tanpa perkenan-Nya.
2. Niatkan segala kebaikan, menolong, semata karena Allah, sebagai wujud rasa syukur atas perkenannya berada pada posisi tangan di atas. Allah takkan pernah lupa membalas setiap amal  baik hamba-Nya.
3. Hindari kepanikan dan amarah saat terjadi hal-hal yang tidak disukai, karena itu berpotensi  melakukan tindak anarkis.
4. Rizki Allah sangat luas, bisa jadi hutang tidak kembali tapi Allah sudah menggantinya dengan berlipat-lipat dalam wujud dan cara lain.
5. Kita tidak tahu esok hari akan sepeti apa, bisa jadi Allah akan menguji kita di masa depan dengan ujian yang sama dengan yang di alami penghutang sekarang.
6. Ini juga ujian, apakah dengan kejadian seperti ini kita tidak mau lagi menolong orang lain yang kesulitan karena trauma, takut mengalami nasib yang sama.

.

Friday, November 6, 2015

Tipe Wanita Dalam Menanggapi Pria Via Inbox

Fenomena media sosial memang luar biasa dalam kehidupan sosial manusia.

Salah satu fasilitas yang tersedia adalah inbox di facebook.

Banyak hal sudah terjadi diawali komunikasi via inbox antara wanita dan pria bukan mahram dari berbagai jenjang usia.
Srbagaimana fasilitas yang lain, dampaknya ada yang positif juga negatif.

Terlepas dari siapa yang lebih dahulu memulai, mari kita lihat beberapa jenis sikap yang diambil para wanita sebagai tanggapannya. Agar lebih keren, kita gunakan istilah tipe. Opini ini berdasarkan logika semata berdasarkan pengamatan pribadi. Jika baik, silakan digunakan, jika tidak swtuju ya no problem 😃. Tapi akan sangat membahagiakan jika setuju atau tidaknya disertai komentar untuk menambah wawasan kita terhadap manusia.

Baik, kita mulai.

1. Tipe sales/ bisnis mowen.
Setiap ada yang ingin mendekat, pikiran pertama adalah apa yang bisa kujual padanya. Semua orang adalah calon konsumen, termasuk laki-laki yang mendekat via inbox.

2. Tipe konsumen.
Nih orang mau nawarin apa, ya? Mungkin apa yang kucari ada padanya.

3. Tipe kesepian 😃
Wanita ini selalu merasa kurang dengan orang-orang yang ada si sekitarnya. Dia ingin selalu menambah teman.

4. Tipe sicantik (agak bingung kasih namanya 😃)
Wanita ini merasa, setiap lelaki yang mendekatinya berniat menggoda, apalagi via inbox, kan privasi banget. Dalam pikirannya, pria tak dikenal yang menyapanya via inbox hanya satu motivasinya yaitu tertarik padanya, pdkt dan berpotensi mengganggu hidupnya, terutama yang sudah bersuami.

5. Tipe sikorban.
Dia terobsesi dengan kejahatan dunia maya yang sering di dengarnya. Dia begitu memproteksi diri agar tidak jadi korban penipuan dan sejenisnya.

6. Tipe konsultan.
Siapapun yang mendekat, apalagi via inbox, dianggap sedang bermasalah dan ingin curhat dan berkonsultasi.

7. Tipe daiyah
Nah! Baginya, tak ada yang terjadi tanpa izin Allah, dan pasti ada tujuannya. Dia menganggap ini amanah, obyek dakwah yang mendekat, ya harus dikelola sebaik-baiknya.

8.Type tangan terbuka, menerima siapapun dengan tujuan menawarkan persahabatan yang hangat. Baginya mempererat silaturahim adalah kebaikan. Tak mempunyai sebersit pun rasa buruk sangka.

9. Tipe Sok Suci (tega deh Rein Haart 😃)
Tipe yang kalau chat sama cowok secara japri, bukan di grup, berasa lagi mojok berdua, khalwat. Jadi kalau disapa cowok ndak dikenal di inbox apalagi nanya hal2 privasi ditambah lagi tengah malam, lgsg ilfeel.

10. Tipe cuek, tegas n lugas
Kalau inboxnya nanya info yg baik ya dijawab saja dan selesai. Tapi kalau ngajak kenalan atau nanya yg gak penting ya langsung abaikan aja, selesai.

11. Silakan menambahkan, kalau ada yang belum terwakili.

Thursday, November 5, 2015

Cerdas Itu...

Hasil diskusi di beranda fb

Diskusi yang berlangsung hampir 3 jam dengan tema : Apa itu cerdas? Apa puncak kecerdasan?

Beberapa pendapat :

Cerdas adalah :
- dapat menyelesaikan masalah dengan cara unik dan keren ( Evi Tia)
- gesit, selaras, serasi dan seimbang dalam memenej waktu ( Anita Sofiana M)
- menemukan ide dan solusi saat menghadapi masalah ( Indarti Agustina )
- mengerti keadaan, bertindak sesuai ilmu secara efektif dan efisien dan masih di dalam peraturan dan norma yang berlaku( Ilyas Ramdhani)
- vonis yang diterapkan pada seseorang yang tidak membutuhkan vonis tersebut, justru kebutuhan itu milik yang memvonis ( Mbetik Seno Wibowo)
- mampu menyederhanakan yang rumit, merupakn buah ketekunan, karena terlatih, terbiasa, jadi otaknya mudah connect karena terbiasa menyelesaikan masalah. ( Durroh Fuadin Kurniati Runi)
- mampu menyelesaikan masalah hidup dengan cepat dan mudah! (Asih Wardhani)
- Cerdas itu genetik bawaan, berhasil memecahkan masalah atau urusan tanpa persiapan, dengan cara tidak lazim/luar biasa, tidak terikat aturan, tidak terikat kapan analisis, kapan santai, kapan bergerak. ( Harun Varun Fahim)
- Cerdas itu punya inisiatif yang positif ( Desi Qiwuk )
- tahu kapan dia harus ngomong dan kapan harus diem ( Umi Sakdiyah
- lebih banyak memikirkan bekal pulang ke kampung akhirat. ( Wirya Ningsih)
- Mampu memahami sedikit lebih mudah, mampu menjelaskan sedikit lebih sederhana, dan mampu mengamalkan sedikit lebih baik, puncak kecerdasan terjadi saat kita mampu memahami tentang penciptaan, makna hidup dan menjelaskannya sebagai tujuan hidup dan mengamalkannya untuk kemanfaatan dengan semaksimal yang kita mampu. ( Hasta Kiyoshi)
- punya pemikiran tajam, bisa menyederhanakan hal-hal yang rumit.(Anya Amakusa)
- cerdas = pandai beesyukur=bahagia, selalu ingat mati, sadar tujuan penciptaan. ( Ferry Hidayat)

Oke, kita simpulkan.

1. Jangan terlalu pusing dengan pelabelan cerdas oleh manusia, karena sangat relatif dan sesuai kepentingan yang memberi label. 😃
2. Cerdas itu memahami dari mana asal kehidupan, apa tujuannya dihidupkan dan kemana akhirnya.
3. Berupaya mewujudkan pemahamannya itu (2) untuk mencapai puncak kesuksesan, yaitu bahagia dunia dan utamanya akhirat yang kekal abadi. 

Tuesday, November 3, 2015

Ancaman Anak

Seorang teman baru saja mendapat musibah, anaknya yang berusia 7 tahun harus dioperasi karena kanker di kelenjar tiroidnya.

Bukan operasi dan penyakitnya yang akan disorot, tapi pola kebiasaan yang diduga mengantarkan sikecil mengalami nasib seperti itu.

Menurut keterangan dokter, genetik merupakan salah satu faktor pemicunya, ditambah dengan perlakuan lingkungan dan pola hidup.

Sudah masyhur kita dengar, bahwa ada jenis makanan dengan kandungan zat tertentu yang dituduh menyuburkan kanker, misalnya pengawet, pewarna, pengembang, penguat rasa, pemanis yang semuanya sintetis, ditambah lagi hormon, seperti ayam potong, dsb.

Menurut orang tuanya, sejak umur 4 tahun sianak enggan makan nasi dan pelengkapnya, bahkan bisa dibilang tidak makan nasi.

Apa makannya? Mi instan, ayam goreng krispi, nugget, sosis dan sejwnisnya. Begitu juga dengan minuman, sangat jarang minum air bening, dia maunya minuman kemasan, susu kotak, teh gelas, ale-ale dan sejenisnya, minuman bersoda, dll.

Kok dibiarkan?

Kata orang tuanya, daripada anak nggak makan, sebab jika maunya tidak diikuti, anak mengancam nggak makan, dan ancaman itu dilakukannya.

Adakah di antara teman-teman yang mengalami hal seperti ini?

Bagaimana solusinya?

Beberapa komentar teman fb :

1. Fitria Moch. : Innalilahiwainnailaihirojiun. Semoga lekas sembuh yang diberi sakit n semoga kuat orang tuanya. Aku belum nikah jadi belum ngerti piye menanggulangi kalau punya anak macam ini. Tapi, aku pernah nyimak menantu e Mbh yang aku ikutin dulu pernah Ngomong gini; "anak gak makan berarti gak lapar, ntar kalau lapar ya juga makan, jangan keterlaluan memanjakan". Gitu. Kalau dipikir2 ya OK juga ya, kalau dipraktekkan.

2. Asih Wardani : Perbanyak makan sayur dan buah. Kanker kelenjar thyroid nggak bisa dioperasi. Usia hak Allah. Tapi kalau nggak diperbaiki segera pola makannya, insya Allah hanya beberapa bulan saja waktunya.

3. Desi Qiwuk : Maaf hanya sedikit saran, kenapa tidak mencoba menu kreasi agar sianak mau makan  seperti buat nuget sendiri dengan cetakan yg lucu-lucu?

4. Aura Maharani : Gejalanya apa, ya?

5. Neny Suswati :  Nggak ada keluhan anak, hanya ada benjolan di leher, gejala yang dikonfirmasi dokter, keringat malam.

6. Rara Aghni : Ponakan teman belum lama dioperasi bagian kepala sampai 3 kali karena tiap hari makan sosis, nuget, chicken. Anak ketiga saya dulu suka ngancam kalau marah. Kabur keluar. Dikejar tambah kenceng/jauh. Kalau masih bisa tertangkap aku peluk, ajak ngobrol, istighfar. Dendamnya besar sekali. Tapi kalau terlanjur lepas dan lari, aku balik ancam. Kunci pintu rumah dari dalam. Diam-diam kakaknya suruh ngikutin (nggak boleh ketauan). Akhirnya dia pulang sendiri. Baru kujelaskan bahaya di luar (kendaraan atau penculikan). Alhamdulillah, sekarang tidak lagi.

7. Varun Vahim : Biarin aja kalau gak mau makan. Jadi anak kok manja banget. Tuh, buktinya ponakan saya. Gak pernah dimanjain. Katanya gak doyan makanan ibunya karena memang awal-awal ibu muda belum terbiasa masak yang menggoda atau apalah. Dan si anak maunya makan pakai nugget atau sossis atau ayam. Gak suka jangan gori, jangan jipang, jangan godhong jendal. Tapi ya dibiarin aja sama dibentak "Ya udah situ kalau gak mau makan. Bunda gak mau repot. Bunda sudah bilang sama om Harun kalau kamu makan supaya tidak dikasih makanan enak!" Eh, lama-lama saya perhatikan kok ponakan saya makan apa aja mau. Walaupun diajak jalan-jalan ke restoran sama ayahnya. Tapi kadang makan sama sayur tahu sawi bumbu tempe bosok saja mau kok.

8. Tata Surya :  Anak saya juga tipe yang amat sangat susah makan, dari lahir sampai umur 2 tahun jarang makan nasi, kadang 2 hari sekali bahkan seminggu sekali. Biasanya kalau sudah begitu saya beri penambah nafsu makan, kalau sudah mau makan lagi saya hentikan takut kecanduan.saya sangat menghindari jajan yang mengandung vitsin, minuman yang bersoda dan yang kemasan. Kalau tidak kita biasakan anak tidak meminta, kita yang harus mengendalikan anak. Orang tua harus tegas tanpa membentak, walaupun anak nangis kalau kita komitmen anak akan nurut. Saya juga jarang banget makan mi instan, sebulan sekali belum tentu, saya lebih suka masak, karena saya nggak pakai vitsin masaknya, paling pakai ro*** itupun sangat sedikit, kalau masakan beli banyak vitsin. Percayalah,  dengan bertambahny usia anak mulai mau makan dengan sendirinya. Kita yanqg harus komitmen menjaga makanan sehat mereka. Anak saya juga suka makan sayur, karena tiap hari saya masak sayur. Awalnya saya bilang kalau mau kuat kayak popey kartun kesukaanya harus makan bayam, terus biar matanya tajam kayak kelinci harus makan wortel. Intinya tidak semua keinginan anak kita ikuti, komitmen sebagai orang tua tanpa bentakan tapi beri pengertian berkali kali dengan penuh kesabaran tanpa bosan.

9. Neny Suswati : Kemungkinan besar, anak yang suka mengancam karena orang tuanya suka atau pernah mengancam dan sangat membekas di hatinya, itu sebabnya perlu koreksi diri orang tua dalam sikapnya. Anak itu pembelajar cerdas dan cepat

10. Unni Amy : Kalau ada orang tua bilang ke anaknya begini,  "Kalau adek nakal lagi besok nggak  mama ajak jalan-jalan lagi, yah."  Itu ngancam juga yah?  Atuw menerapkan hukuman? #Belajar buat persiapan kalau si dedek udah mulai besar.

11. Neny Suswati : Ya Unni Amy, itu ancaman. Bukan haram sih, hanya perlu diperhitungkan, masalahnya apa, ancamannya apa, bisa dilaksanakan nggak. Istilah nakal, itu harus diperjelas, agar anak paham, disebut nakal itu gimana, kreatif itu gimana 😊

12 : Rikzaa Taqiyya : Mungkin anak yang suka mengancam sekali-kali dituruti keinginannya yaitu tidak makan. Beri dia pelajaran bagaimana rasanya lapar. Mungkin saat lapar akan terpaksa mengikuti mau orangtuanya. Yang diatur itu anak, dan yang mengatur itu orag tua. Orangtuanya yang harus tegas. Dan mengubah pola rayuannya terhadap anak. Jangan dijanjikan hal yang instan.

13. Lena Agusrini : Dulu pernah keponakan suka mengancam. Kalau minta sesuatu tidak dituruti nggak mau makan. Ajaran ibu (ojo kalah karo anak). Jangan dituruti,  kalau laper pasti makan. Memang sih kadang nggak tega tapi harus ada pendidikan dan pemahaman.

14. Umi Sakdiyah : Wah paling susah ngadepin anak seperti itu. Anak saya yang kedua kalau minta sesuatu harus bin wajib. Pernah minta mainan nggak dibeliin mau loncat dari bajaj. Habis itu aku paksain tegas tega-tegain nolak, terus kalau dia ngamuk aku kasih hukuman. Misal nggak boleh main game, atau nggak boleh main di luar atau nggak dikasih uang jajan, pokoknya hal yang paling dia sukai. Alhamdulillah sekarang mendingan.

15. Gustin Pamungkas : Udah dirayu-rayu, dibujuk, tetap nggak mau makan, ya sudah, biarin aja, nanti juga kalau lapar tau-tau bilang, "Bunda, laper, mau makan".

16. Lena Agusrini : Alhamdulillah anak saya sampai hari ini belum pernah minum-minuman instan kecuali susu kotak. Dan baru kenal chi** setahun ini, itu pun saya kasih syarat bolehnya satu bulan satu bungkus yang paling kecil dan kalau dia nggak minta pas jadwalnya saya nggak kasih (pura2 ikutan lupa), kalau permen sama coklat  sudah makan dari umur 3 tahun tapi sekali lagi saya batasi.
#Solusinya kita mesti tegas aja ke anak. Di rumah jangan pernah manjadikan anak yang komandoin kita.

17. Mierza Miranti : Mungkin bisa disiasati dengan minuman dan makanan sehat.  Kalau udah disediakan ( ini saya loh ya) ya saya biarkan tubuhnya bilang dia lapar. Resiko pendidikan harus tega.

18. Indah Permata Sari : Saya belum menikah, tapi saya cuma bisa share apa yamg diajarkan mama ke saya. Beliau berlaku tegas dan memberikan pilihan dalam kehendak anak. Misal :  Ma, mau bola.
Indah mau bola atau susu? Kalau bola kita capek nak, kalau susu kan kenyang...kalo beli bola nanti nggak boleh beli susu (padahal karena  anak cewek jadi digituin). Trus dijawab, ya udah, Ma buat beli susu aja. Dan masih banyak metode lain yang dterapkan mama. Intinya. Anak itu adalah anak kita, dan sebelum dia dewasa maka kita yang mengendalikan bukan sebaliknya.

19. Sagita : Alhamdulillah anakku doyan makan nasi dan sayur juga ikan, tapi harus sabar nyuapinya,  aku gendong sianak sambil lahat ikan atau kambing tetangga biasanya begitu.

20. Ika Sehati : Kalau kami, nugget itu buat awal puasa ramadhan......perangsang biar semangat sahur. Kalau sayur sejak belajar makan sudah terbiasa.mulai bubur saring sudah pake sayur jadi sampai bisa makan sendiri mereka nggak masalah dengan sayur.bahkan kemangi kadang anak petik sendiri buat makan.

21. Ridha Bundanya Affan : Apa mungkin dari awal makanan pendamping asi mempengaruhi? Anak saya dari mpasi selalu dijaga dan saya tegaskn sama keluarga tidak ada yg boleh memberi apapun kecuali makanan dari saya. Sampai sekarang anak saya usia 3 th keluarga saya kalau ngasih sesuatu ke anak saya selalu tanya saya boleh apa nggak. Baru th ke3 ini anak sàya makan kue semacam oreo tapi masih dibatasi,kalau sayur sama nasi alhmdulillh dia lahap. Kalau kayak nuget saya bikin baru sekarang beli tapi tetap yang bebas msg dn pengawet tapi saya sering dibilang terlalu protec, tapi saya berfikir anak sebsar ini agak sulit diajak bicara kalau pun nanti sudah bisa dia minta, saya yakin dia sudah lebih mengerti dan pasti tubuhnya punya alarm sendiri.

22. Diah Vijayanti Shanti : Kita mesti tegas,apa lagi masalah makanan, karena kalau yang berbahaya itu justru anak-anak suka, tapi kita sebagai orang tua, juga ada andil. Karena sibuk, harus bejerja dll, jadi cari bahan instan...yang simpel. tapi kalsu untuk ibu rumah tangga seperti saya mengalah sedikit repot untuk request anak2. Karena sudaa puas lihat anak2 sakit..insya Allah memang di hindari sih, makanan2...begtu.

23. Aan Anamah : Dari mana anak mengenal makanan itu? Tentu dari orang2 terdekatnya. Saya berusaha tidak 'mengenalkan' anak pada makanan instan. toh, semakin ia bertambah usia, iapun mengenalnya. mungkin Bunda sangat sibuk, tapi please, sayangilah buah hati kita. Di usia 5th putra saya, ketika sakit, alhamdulillah sudah tau mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak.

24. Teti Suryati Widodo : Alhamdulillah.... Anak2 doyan makan dr kecil sayur ikan dll..... Tdk ada stok mie instan nugget dll kalau kepingin sekali-srkali baru beli, itupun hanya untuk sekali makan saja. Bapanya anak2 memang terbiasa makan sehat. Jadi anak-anak kebawa. Kalau sesekali makan di luar pun jarang menju junk food.... Alhamdulillah badannya semua tinggi2 dan sehat. (Gen bapa). Jadi..... Beri contoh dari kita dulu sebagai orang tua biar anak juga terbiasa dengan pola kita.

Saturday, October 31, 2015

Sehari Bersama 3 MHA

*** Membayangkan homeschooling***

Dari jam 8 sampai jam 20, Umi tergeletak di tempat tidur ditemani tab, hp dan buku. Bangun hanya untuk shalat dan mengambil makanan.

Pagi

Husna : Mi, ovalet gunanya untuk apa?
Umi : Pengembang dan pelembut kue. Mau buat apa?
Husna : Pancake

Harish : Umi, Mbak Hafanya nggak mau gantian nonton TVnya.
Hafa : Harishnya itu yang nggak mau gantian, huuu!
Umi  : Kalau nonton TV bikin ribut matiin aja, main di luar.

Siang

Husna : Umi, udangnya mau dimasak apa, jangan sambel.
Umi : Masak campur oyong.
Husna : Bumbunya apa?
Umi : Bawang merah, putih, lada, garam, gula, kaaih kuah sedikit.
Harish : Harish nggak mau udang.
Umi : Mau makan sama apa Harish?
Harish : Telur dadar.
Umi : Tolong  buatin telur dadar, Hus.

Menjelang sore

Harish : Umi, Mbak Hafa nangis, gara-gara Mbak Husna.
Umi : Kenapa, Hafa?
Hafa : Mbak Husna ngeremehin,  nilai Hafa kecil.
Umi : Jaga perasaan orang lain Husna, bayangin kalau Husna digituin, kira-kira suka, nggak?
Husna : Ish! Sensi banget sih?

***

Harish : Umi, mau nonton youtube.
Umi : Nggak dulu, Harish main yang lain dulu, sudah lama nggak  buat-buat dari kardus atau gabus.
Harish : Sama siapa, Mbak Hafanya baca buku terus.
Umi : Hafa, baca bukuhya nanti lagi, ya.
Hafa : Ya sudah, yok mau main apa.
Harish : Gabus
Hafa : Mbak ambil pisau dulu.

Sore

Umi : Ayo pada mandi, mumpung belum mati lampu.
Harish : Umi, Mbak Husnanya duluan, kan Harish mau duluan hu hu hu ( halaaah, nangis...lama lagi)
Umi : Husna, kalau ngalah sedikit banyak untungnya apa ruginya? Kalau kayak gini kan Umi yang harus ndiemin, susah lagi.

***

Harish : Umi mau makan kayak tadi siang.
Umi : Pake telur dadar lagi?
Husna : Hafa yang buatin, Mbak Husna mau  buat krispi.
Hafa : Ya sudah, Mbak Hafa yang buatin, berger nasi, ya Rish?
Harish : Mau-mau-mau.

***

Harish : Mmm, kok enakan ini ya, dari yang tadi siang?
Husna : Hafa bumbuin apa?
Hafa : Garam, lada, bawang putih.
Husna : Pantesan, Mbak Husna tadi lupa kalau ada bawang putih halus di kulkas.

#Husna 13 tahun, Hafa 10 tahun, Harish hampir 6 tahun.

Friday, October 23, 2015

Bagaimana Cara Menyebarkan Salam

Menyebarkan salam bukan perkara yang perlu diperdebatkan lagi perihal kebaikannya.

1. Perintahnya jelas.

Abdullah bin Amru bin Ash RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagai manakah Islam yang baik itu?” Beliau menjawab; “Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak.” (Mutttafaq ‘alaih).

Abu Umarah al-Barra’ bin Azib RA berkata, “Rasulullah SAW menyuruh kami melaksanakan tujuh hal, yakni menjenguk orang yang sakit, mengantarkan jenazah, mendoakan orang yang bersin, menolong orang yang lemah, membantu orang yang teraniaya, menyebarluaskan salam, dan menepati janji.” (Muttafaq alaih).

2. Kandungan ucapan salam, tentu sangat diharapkan oleh orang yang memahami maknanya.

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarokatuh = keselamatan, kasih sayang Allah dan keberkahan semoga terlimpah kepadamu.

Siapa yang tak ingin mendapatlkan keselamatan dalam hidup, kasih sayang Allah dan keberkahan?

Mengucapkan salam merupakan bagian dari muamalah, kehidupan sosial kita.

Hanya saja, hal yang sangat baik ini diterima oleh sebagian muslim sebagai hal yang menyebalkan!

1. Haruskah setiap peserta dalam sebuah forum besar memulai bicaranya dengan mengucap salam? Kalau yang bicara sedikit mungkin nggak masalah, bagaimana kalau yang ingin bicara banyak? Apa nggak cape menjawabnya, sedang menjawab hukumnya wajib? Berapa menit waktu tersita jika ucapan-ucapan salam itu dikumpulkan?

Ups! Jangan emosi dulu, ya. Ini kenyataan lho, ada yang sempat melontarkan masalah itu.

Tidak dapat dipungkiri, ucapan salam di awal bicara kadang sebatas seremoni, kepantasan, tanpa diresapi maknanya, sehingga doa itu terasa hambar.
Ucapan salam juga bisa digunakan untuk menutupi demam panggung yang biasa muncul di awal saat kita bicara di hadapan umum.

2. Memang aneh, ketika dalam ucapan awal berisi doa kedamaian, tapi sikap selanjutnya tidak mencerminkan harapan itu. Sepertinya, saat Rasul menganjurkan kita mengucapkan salam kepada orang lain, tersirat perintah untuk bersikap yang mendatangkan dan mencerminkan keselamatan, kasih sayang dan keberkahan.

Mungkinkah ada jaminan keselamatan ketika dua orang muslim berhadapan dengan nafsu sampai puncak ubun-ubun saat membela diri dan menyatakan pendapatnya yang benar, sedang pendapat orang lain salah?

Mungkinkah ada jaminan keselamatan ketika dua orang muslim berkompetisi memperebutkan rizki di lahan yang sama tanpa ada upaya untuk bersinergi menggarap peluang itu?

Mungkinkah ada keberkahan jika seorang muslim menggenggam tangan erat-erat saat muslim yang lain menekan perut menahan lapar?

Tentu bukan itu yang Rasulullah inginkan dari ucapan salam, sekedar hiasan lisan, karena ucapan salam yang dilandaskan pada pemahaman nurani akan produktif menyuburkan keselamatan, kedamaian, kasih sayang dan keberkahan dalam kehidupan di lingkungannya.

Mari kita tingkatkan pemahaman hakikat dari syariat Allah yang begitu memuliakan manusia.

Sunday, October 18, 2015

Investasi Leher Ke Atas

Investaai Leher Ke Atas

#Masih sekitar kopdar KBM Lampung 

Sebelum acara dimulai, kami menyempatkan diri sharing antar peserta yang sudah hadir. Alhamdulillah, salah satu peserta Pae Purwo, seorang dosen, penyiar radio dan motivator di bawah bendera Wening Qalbu #mohon koreksi kalau salah 😃.

Menurut beliau, suatu hal yang tak bisa dipungkiri, masyarakat kita masih agak sulit untuk investasi leher ke atas, maksudnya mengikuti kegiatan berbayar untuk meningkatkan kualitas pemikiran n pengetahuan. Beda dengan yang sifatnya bisnis. Juga masih dipengaruhi nama besar, maksudnya siapa yang menjadi nara sumber.

Salah satu alasan pemilihan nara sumber kopdar kali ini, bukan sekedar masalah kepraktisan, tapi lebih pada upaya mengapresiasi SDM lokal yang potensial. Lucunya, kadang kita punya SDM yang populer dan dinantikan orang luar sedang yang lokal tidak menyadari ada permata di depan hidungnya.

Menurut Khairul Anwar, pemuda kita masih dengan parasigma lama, kuliah, wisuda, melamar pekerjaan di perusahaan atau PNS, untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan.

"Di mana akar masalahnya," saya coba mengorek lebih lanjut.

Pae hanya menggeleng, walaupun saya nggak yakin beliau belum menemukan jawabannya. Irul pun membisu.

"Apa ini efek dari pola asuh generasi sebelumnya?" saya coba ajukan jawaban.

Pae menjentikkan jarinya, tanda sepakat.

Bukan bermaksud melimpahkan kesalahan kepada orang tua kita yang telah bersusah payah mendidik, karena pada kenyataannya masih jauh lebih banyak baiknya, tapi ini sekedar upaya mengurai permasalahan yang sedang kita hadapi.

Hah! Jadi ingat salah satu tulisan saya di www.nenysuswati.blogspot.
sekitar tahun 2013, judulnya Jadilah Generasi Pemutus. 

Mungkin itu solusinya

Spontan Itu Asyik

Spontan Itu Asyik
#kopdar KBM Lampung, 18 Oktober 2015
Berawal dari kekecewaan tidak bisa kopdar saat Bunda Asma Nadia berkunjung ke Lampung 27 September 2015, saya mengajak teman-teman KBM yang utamanya hadir pada acara itu, untuk mengadakan kopdar.
Gayung bersambut, beberapa member mendukung.
Saya berfikir, bagaimana caranya acara itu terwujud tapi nggak pake ribet.
Pertama saya hubungi Islah Wardani yang merupakan teman seangkatan jadi member, yang saat itu anggotanya belum mencapai 10.000 orang. Dengan pertimbangan beliau punya bayi, rumahnya dekat masjid, beliau juga guru TPA di masjid, tambah suaminya sebagai salah satu pengurus masjid, maka saya minta kesediaannya untuk bertanggung jawab urusan tempat, masjid As Salam.
Urusan tempat oke. Berikutnya cari teman yang lincah bergerak. Salah satu member yang ikut acara seminar Bunda Asma Nadia dan termasuk yang pertama merespon rencana ini adalah Khairul Anwar.  Langsung tembak di tempat, minta kesediaannya mendata calon peserta. Alhamdulillah, gaya anak muda aktivis, siap saat dibutuhkan.
Menentukan tanggal.
11 Oktober banyak yang ada agenda, oke 18 Oktober, seadanya yang bisa. Niat baik jangan kelamaan ditunda.
Mikir lagi, mau ngapain ya kopdar? Mengingqt zaman sekarang tidak ada yang tidak sibuk, maka kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Belum tentu ada kesempatan kedua. Oke, saya sanggupi untuk mengusahakan nara sumber.
Siapa ya nara sumber potensial yang bisa dimihta dukungannya? Mengingat kegiatannini tanpa anggaran biaya, yang paling masuk akal adalah narasumber lokal dan orang dekat, setidaknya sudah kenal.
Aha! Adian Saputra! Kurang apa dia kalau dijadikan nara sumber? Wartawan senior, penulis 4 buku dan saat ini pimred jejamo.com, oke, langsung inbox.
"Maaf, nggak sopan, nggak ada transportasinya," tulisku saat chat sambil cengengesan.
"Nggak apa apa, Mbak, ada kuda besi ini."
Alhamdulillah.
Saat mengajak salah seorang teman yang pernah jadi juara menulis, dia menanyakan, apa hasil nyata dari acara ini?
Hmm. Hasil nyata, berupa sesuatu yang sifatnya fisikkah?
"Gimana kalau kita buat antologi?"
"Cocok," jawabnya.
Hmm, sepertinya harus mencari nara sumber lain untuk mewujudkan itu.
Hahay! Ikhsan Aura, tepat sekali.
Subhanallah! Bukan hanya bersedia, beliau menyanggupi membuatkan spanduk dan siap membantu urusan penerbitan karya teman-teman.
Minum, snack? Tiga jam loh? Nggak tega deh, mengundang tanpa menjamu.
"Pesertanya berapa, Mi?" tanya Islah.
"Kisaran 20 orang."
"Tenang aja, Mi, insyaallah ada."
"Nggak ngrepotin, ini?"
"Nggak, Mi, sederhana aja, kan?"
"Iya, ala kadarnya, sedekah, ya. Nanti Umi tawarkan peserta lain, kalau ada yang mau sedekah snack."
Alhamdulillah, sesuai rencana. Acara berjalan seperti yang direncanakan, ngobrol santai, sharing tapi padat berisi. Keakraban begitu mudah terjalin, walau sebagian baru pertama jumpa.
Ini membuktikan, untuk membuat sebuah acara yang bermanfaat, semua bisa disederhanakan, saat semua pihak tulus ingin memberikan yang terbaik.
Siapa panitianya? Ketuanya?
Nggak ada, acara dibuat dari kita untuk kita.
Apa endingnya? Follow upnya?
1. Setiap peserta membuat tulisan tentang acara itu dan diposting.
2. Setiap peserta, utamanya yang kemarin sudah mendapatkan buku Ghandaru, ikut lomba resensi buku tsb, yang diadakan oleh Aura Publishing. Resensi diposting si wall masing2 dengan ngtag Bang #Adian, Kak #Ikhsan dan Umi #Neny.
3. Membuat antologi dengan tema memotivasi diri sendiri dalam bentuk cerpen, kisah, puisi atau artikel poluler. Antologi diberi judul SERUIT KBM LAMPUNG.
Semoga acara ini jadi salah satu batu pijakan lahirnya penulis-penulis handal Lampung.

Monday, September 28, 2015

Hasbunallah...

Hasbunallah...

Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakkal kepada Rabbnya, percaya sepenuhnya kepada Pelindungnya dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan cobaan? ( La Tahzan- Al Qarni).

Hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki iman.

... Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Terjemah QS. Al Maidah : 23)

Musibah dijadikan untuk meningkatkan ketawakkalan orang beriman, karena bisa jadi, tanpa kesempatan itu manusia melupakan kehambaannya.

Bencana ibarat tali kekang yang ditarik kusir saat kuda pedati keluar dari jalur yang seharusnya.

Malapetaka bisa jadi palang pintu yang terantuk saat seseorang berjalan dengan mendongakkan kepalanya.

Saat orang beriman terhimpit kesulitan yang menyesakkan nafas kehidupannya, tak lain ucapannya adalah:

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali Imron : 173)

Kemudian melakukan ikhtiar semaksimal bisa, disertai ketundukan hati kepada Dia yang mengizinkan segala hal yang terjadi di alam ini.

Tak ada guna kepongahan dan saling menyalahkan, bersatu mencari solusi yang sudah disediakan-Nya.

Sunday, September 27, 2015

Pergiliran Itu Niscaya

Pergiliran Itu Niscaya

Tak ada manusia hidup senang selamanya atau sedih tanpa jeda.

Allah selalu mempergilirkan keadaan hamba-hamba-Nya, hanya saja tidak semua kita memahami itu. Sudut pandanglah yang membuat manusia berbeda dalam memaknai pergiliran itu.

...Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.
(Terjemah QS. Ali Imron : 140-141)

Supaya jelas mana orang beriman, mana yang kafir.

Hanya dengan diberi sakit ringan, keimanan seseorang terwujud dalam sikapnya, apalagi dengan ujian yang berat, akan semakin nyata kekuatan iman seseorang.

Saat sakit, orang beriman bisa melihatnya dari sudut pandang positif, misalnya sakit adalah kesempatan istirahat, karena saat sehat potensinya digunakan secara optimal untuk beraktifitas positif, sayang untuk beriatirahat.
Saat sakit juga kita akan melihat ekspresi kasih sayang dan perhatian orang-orang yang ada di sekitar.
Ketika sakit sangat baik melakukan evaluasi dan memikirkan banyak hal, yang tidak sempat terfikirkan di saat sehat.
Saat sakitpun jadi kesempatan banyak dzikir dan istighfar, karena dengan sakit Allah sedang meruntuhkan dosa-dosa kita.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Terjemah QS. Al Mulk : 2)

Sesungguhnya kehidupan ini rangkaian ujian, hanya yang bersiagalah yang akan mampu melampauinya dengan sukses.

Lagi Jadi Muslimah Nyebelin

Sebagai calon peserta, mungkin saya terlalu naif. Tidak mencari tahu siapa penyelenggaranya. Hanya berdasarkan informasi salah satu teman fb yang pernah bertemu, memutuskan untuk ikut dan langsung mendaftar.

Bukan apa-apa, ini acara yg memang saya tunggu, mendengar langsung ilmu dari Asma Nadia, salah seorang penulis yang hasil karyanya sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.

Pagi, segera menyelesaikan urusan rumah dan anak-anak yang akan mengikuti acara outbond. Kemudian langsung menyelesaikan satu agenda, selesai jam 08.15, langsung ke lokasi seminar.

Lokasi dipindahkan ke aula diklat RSUAM, agak susah juga mencarinya, di lokasi gedung-gedung rumah sakit, nylempit ha ha ha. Itupun ketemu setelah tanya pada petugas, kata panitia sih ada yang tugas di gerbang, tapi saya tak melihatnya karena berkendara motor sendiri, pandangan lurus ke depan.

Setelah ketemu, langsung regristasi, beres jam 8.30, sayang harus menunggu sambil berdiri karena aturan panitia, peserta masuk bersamaan, sekitar jam sembilan.

Hufft! Salah masuk nggak ya?
Biarin deh! Pesertanya kebanyakan mahasiswa, gaya acara juga anak muda, sampe jam 10.11 acara inti belum mulai.

Yah, bagi saya sih kebanyakan asesoris. Soalnya memang yang saya tunggu adalah ilmu dari Asma Nadia. Mungkin acara2 pendamping itu dibutuhkan untuk refreshing.

Jam 10. 40, pemberitahuan, pembicara kedua tidak bisa hadir.
MC duet yang lincah, cukup membantu situasi menunggu. Huuuuh! Sangat tidak enak,untunglah batere tab masih ada, walau nggak tau, tahan sampe kapan. Kok acaranya seperti thalk show di tv ya? Loh, malah bagus, kan? He he.

Sekitar jam 11, Mbak Asma masuk dan tanpa banyak basa-basi langsung memperkenalkan diri. Mengisi acara sampai jam 12.

Memperkenalkan diri dan keluarga. Subhanallah, bagaimana sang suami, Isa Alamsyah yang hampir tidak pernah tidur. Putrinya, Salsa usia SLTP sudah dapat royalti 12 juta/ 3 bulan.
Adam, kelas 5 SD minta diajari menulis karena merasa kurang kompak sebagai keluarga penulis. Gimana nggak sukses dengan kualitas ikhtiar yang seperti itu? Dan sungguh memotivasi, membayangkan enam orang anak saya yang hafidz qur'an semua, penulis semua dengan profesinya masing-masing, aamiin ( tolong aminkan, ya). Tentu akan semakin berkah hidup ini.

Mbak Asma juga berprinsip, untuk setiap bukunya:

1.  Bukan sekedar ide bagus, tapi untuk pemula disarankan, saat dapat ide langsung tulis, tapi untuk diterbitkan benar-benar harus dipikirkan, kenapa ide ini yang ditulis?

2. Berasal dari keresahan, karena dari keresahan ada yang harus dicarikan solusinya.

3. Buku sebagai kebutuhan, bukan sekedar hiburan / waktu luang.

Mbak Asma juga memotivasi peserta dengan membahas sedikit isi buku No Excuse.

Saat istirahat menemui panitia, belum memberi apresiasi positif langsung memberi masukan berdasarkan kekurangan penyelenggaraan. Untung panitianya ramah, he he, maaf ya Mbak Panitia, ini emak-emak lagi sensi dan nyebelin.

Sesi kedua mengupas sebagian isi buku 101 Dosa Penulis Pemula.
Beda sih, membaca sendiri dibanding dengan ulasan langsung dari ahlinya, tapi kalau kita sudah baca bukunya, saat pembahasan akan lebih nyambung dan menguatkan pemahaman.

Satu hal penting yang harus dipahami penulis agar konsisten, carilah motivasi yang kuat, mengapa harus menulis.

Setiap kita punya motivasi itu, tapi kalau tidak kuat, biasanya mudah down saat menemui hambatan.

Saya punya motivasi kuat dalam menulis, agar pesan baik yang  ditulis berumur lebih lama dan banyak yang menerima. Saat saya sebagai orang tua mengajarkan kebaikan pada enam orang anak, memotivasi mereka, jika disampaikan dengan lisan, ya hanya mereka yang mendengar dan pesan itu masuk dan dilaksanakan pun perlu diulng-ulang. Nah, kalau pesan-pesan itu saya tulis, semoga lebih banyak yang mendapat manfaatnya.

Ciri orang berkualitas, saat bicara hampir tidak ada kata yang sia-sia, dan itu termasuk Mbak Asma. Kalau semua hal penting itu saya tuliskan, wew! Kasihan nih jari, cape. Biarlah peserta lain yang mungkin berkenan menambahkan.

Saat Mbak Asma keluar ruangan, saya ikut keluar, menyalaminya, cipika, cipiki, tapi nggak ngomong apa-apa. Mungkin mbak Asma heran, nih nenek-nenek SKSD banget, ha ha ha, bisa jadi beliau lupa kalau buku hasil karya nenek yang satu ini pernah selfi bersamanya.

Benar-benar saya sebal dengan diri sendiri, tak mampu memanfaatkan moment penting ini untuk mendapatkan manfaat lebih  banyak. Foto bersama beliaupun, tidak. Bertanya sesuatu di forum juga tidak. Promosi apalagi. Kadang suka berfikir, ini sifat pemalu atau kurang percaya diri, ya? Nggak apa apa, deh, yang penting sudah dapat ilmunya, semoga pertemuan dengan beliau tadi juga berkah.

Thursday, September 24, 2015

Tragedi Mina Dan Hikmah Yang Bisa Diambil

Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (Terjemah QS. Al Baqarah : 269)

Dari ayat itu terselip perintah agar kita mencermati dan mencatat pelajaran dari setiap petistiwa yang kita alami atau saksikan, agar Allah memberikan hikmah-Nya sebagai karunia dan menggolongkan kita ke dalam kelompok orang-orang yang berakal.

Hikmah adalah kemampuan menangkap cahaya kebenaran dari setiap kejadian. Yang dibutuhkan adalah membuka hati dan diri untuk menerima pelajaran.

Allah selalu mentarbiyah manusia dengan berbagai kejadian, bahkan kadang, untuk hal yang tidak berhubungan, tetap saja bisa diambil hikmahnya.

Terlepas bagaimana kondisi kehidupan sebelumnya, bukan hak kita untuk menghakimi para syuhada Mina, tapi kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu.

Setiap kita adalah pemimpin, yang mempunyai peluang untuk menginjak-injak hak dan harga diri orang-orang yang ada di bawah kepemimpinan kita.

Bisa jadi, kejadian Mina adalah visualisasi dari sikap kita selama ini.

Bayangkan!

Alangkah mengerikannya!

Bayangkan, mereka adalah visualisasi harga diri anak-anak, murid, karyawan atau rakyat yang kita pimpin!

Mungkin kita sulit membayangkan bagaimana perasaan mereka, karena rasa hanya pemiliknya yang tahu. Dengan visualisasi seperti itu dan memposisikan diri sebagai pemimpin mereka, tidakkah hati ini tersentak?

Begitukah akibat dari lisan, mimik wajah dan tindakan kita yang atogan pada orang-orang yang kita pimpin?

Sekali lagi, kita hanya butuh membuka hati dan diri untuk menerima pelajaran dan hikmah.

Orang-orang yang berakal adalah hamba yang segera menyungkur sujud mohon ampun pada Allah, saat menyadari kekhilafan yang telah dilakukannya. Kemudian bersegera memperbaiki diri.

Qurban Dan Kesejahteraan

Qurban adalah risalah Allah dari awal kehidupan manusia.

Ingat kisah Habil dan Qabil putra nabi Adam?

Cerita ini kita dengar saat masih kanak-kanak, belum bisq membaca sendiri. Cerita turun temurun darj guru di sekolah atau guru ngajj si surau. Kisah pembunuhan pertama yang disebabkan iri dengki.
Setelah bisa membaca, kita mendapatkan kisah itu dari buku-buku cerita, bahkan dari Al Qur'an.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Alla hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Terjemah QS. Al Maidah : 27)
Lalu, kita pun mendengar kisah tentang qurban nabi Ibrahim dan nabi Ismail

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Terjemah QS. Ash-Shaffat : 107)
Bagaimana qurban dalam risalah Rasulullah Saw?

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. (Terjemsh QS. Al Kautsar : 1-2)

Dengan kondisi ekonomi bangsa yang sekarang ini, ada beberapa pemikiran dari sudut pandang ekonomi dan sosial, dana untuk qurban bisa dialokasikan ke hal lain, membangun ekonomi masyarakat. Lebih bermanfaat kalau hewan qurban disedekahkan dalam kondisi hidup, bisa untuk modal usaha, dll, yang intinya adalah upaya mengubah syariat.

Entahlah, apa maksud sebenarnya, hanya menurut saya, segala sesuatu ada tempatnya.
Allah Maha Tahu kondisi semua makhluknya, dan menurunkan syariat sesuai kebutuhan dan kebaikan makhluknya, jika manusia melaksanakannya.

Qurban mungkin lebih tepat kalau kita lihat dari sudut ketaatan seorang hamba, walaupun bersamanya ada tujuan sosialnya juga, yaitu berbagi.

Sedangkan untuk kesejahteraan sosial, Allah telah sediakan syariat zakat, infaq dan shodaqoh, yang bila dilaksanakan dengan baik, akan meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat.
Jika melihat kesenjangan antara tujuan dan hikmah syariat dengan kenyataan yang tidak sesuai, sebaiknya kita evaluasi dulu bagaimana pelaksanaannya, bukannya buru-buru ingin mengubah atau mereaktualisasi syariah, seolah Allah tidak tahu perubahan zaman.

Tragedi Mina *Lagi

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un.

Tragedi lagi saat musim haji tahun ini, dengan korban meninggal lebih banyak dari tragedi jatuhnya crane beberapa hari yang lalu.

Benar! Tak akan terjadi sesuatu tanpa izin Allah, tapi dari setiap kejadian, Allah perintahkan kita untuk mengambil pelajaran.

Dari setiap kita mungkin mengambil pelajaran yang berbeda, tapi adakah masukan yang bisa kita berikan untuk mencegah terulangnya tragedi itu?

Beberapa kali terjadi musibah di Mina, yang penyebabnya adalah desak-desakan manusia yang begitu padat. Namanya manusia dari berbagai sudut dunia dengan tingkat kedisiplinan yang berbeda, tentu sangat tidak mudah untuk mengaturnya.
Untuk mengatasi masalah ini, ada dua alternatif solusi, mengurangi jumlah atau membuat peraturan yang bisa dilaksanakan oleh petugas dalam mendisiplinkan jamaah.

Untuk mengurangi jumlah, tentu sangat riskan, karena sangat terkait dengan kepentingan berbagai pihak, baik calon haji atau pihak yang mendapat keuntungan dari terselenggaranya ibadah haji.

Kalau semua muslim mencukupkan diri sekali saja seumur hidup melakukan ibadah haji, sebagai sebuah kewajiban, tentu ini bisa mengurangi jumlah jamaah haji. Sssst! Maaf, untuk yang mampu dan merasa rindu melakukannya berulang-ulang, anda bisa melakukannya di saat umroh yang waktunya tidak terkait dengan bulan tertentu.

Atau ada usulan lain?

Tapi nggak usah ikut-ikutan ingin menggeser waktu ibadah haji, atau ingin menghapuskannya, ya? Itu bukan wewenang manusia.

Sunday, September 20, 2015

Nasib Tulisan Di Media

Pernah terfikir tulisan kita yang dimuat media akan bernasib seperti ini?


Sebagai bungkus cabe?

Hari gini masih ada bungkus seperti itu?

Ha ha ha, jangan heran. Warung-warung dan mbak sayur masih menggunakan kertas, utamanya koran untuk membungkus cabe, bawang, jahe dan teman-temannya.

Dari tahun 80an hal ini sudah dapat ditemui, bahkan ada kenangan tersendiri tentang hal ini.

Saya suka membaca saat sudah bisa membaca, sayang saat itu tidak mudah memenuhi kesukaan itu, terkendala banyak hal untuk mendapatkan bahan bacaan. Kadang bacaan bapak, yang seorang guru, lahap saya baca saat ada kesempatan. Tak ada klasifikasi, mana bacaan anak, remaja atau dewasa, kalau ketemu kertas ada bacaannya langsung dilalap. (Bukan kertasnya, lho ya 󾌰). Juga saat bertugas menyapu halaman, ketemu kertas, jongkok dulu, membacanya, lalu lanjut nyapu.

Kalau ibu bongkaran belanjaan sepulang dari warung, maka kertas bungkusnya saya baca dulu sebelum diremas lalu dimasukkan api ditungku.

Bagaimana kalau di kertas itu ternyata tulisan kita sendiri?

Sebagai tulisan, tentu nasibnya mengikuti kertasnya, tapi secara ide, jangan khawatir, bahkan lewat tulisan di bungkus cabe pun sesrorang bisa mendapatkan inspirasi dan motivasi, selama isi tulisan itu baik. Begitu sebaliknya, ide buruk yang dituliskan, bisa berpengaruh negatif bagi pembacanya.

Bagaimana dengan tulisan kita yang bersliweran di beranda fb, yang tentu saja pemilik beranda sengaja membukanya?