Wednesday, October 29, 2014

Kurva Kehidupan

Ada nggak ya, manusia yang hidupnya lurus tanpa gejolak?

Senang terus tanpa pernah merasa sedih, sehat terus tanpa pernah terkena sakit, kaya terus tanpa pernah kekurangan harta, sukses terus tanpa pernah mengalami gagal, atau sebaliknya.

Sepertinya nggak ada ya? Atau kita pastikan saja, memang tidak pernah ada?

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Jika kamu pada perang Uhud mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kafir itupun pada perang Badar mendapat luka yang serupa. Dan masa kejayaan dan kehancuran itu Kami pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran. Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir supaya sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Ali-Imran ayat 140).

Ya sudahlah, terima saja. Kita terima pergiliran yang memang sudah digariskan. Jadi tidak usah sibuk untuk menjawab pertanyaan "mengapa?" tapi lebih fokus pada "lalu bagaimana?"

"Mengapa?" kita ajukan sekedar mencari hubungan sebab-akibat, untuk mengambil pelajaran, kemudian segera melakukan tindakan untuk memperbaiki diri, sebagai bukti bahwa kita memahami pelajaran yang diberikan Allah dari pergiliran itu.

Pepatah sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga, layak kita cermati, terutama saat kita berada di posisi puncak kurva. Bahwasanya kesuksesan kita merupakan saat pergiliran, yang suatu saat akan diganti. Pasti ada masanya kurva itu menurun, baik melandai atau menukik tajam.

Begitupun saat merasa terpuruk, orang lain pun juga pernah jatuh, bisa jadi lebih parah. Saat itulah sebaik-baik waktu untuk evaluasi diri, menghitung-hitung masa-masa puncak, kenikmatan yang sudah pernah diterima. Kemudian membandingkan dengan hal-hal yang membuat kita merasa terpuruk.

Saat rizki kurang, tentu lebih sering rizki mencukupi.

Saat sakit, tentu lebih lama masa sehat.

Saat gagal, tentu lebih sering sukses.

Sekali lagi, apapun giliran yang sedang kita dapatkan sekarang, targetnya adalah mendapat pelajaran untuk meningkatkan keimanan agar Allah menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang beriman dan puncak dari semua itu, kita mati dalam kondisi syahid, mati dalam ketaatan kepada-Nya.   

Tuesday, October 28, 2014

Pendidikan Gratis, Adakah?

Seorang ibu muda menangis saat curhat. Begitu besar harapan, agar anaknya mendapat pendidikan yang baik, supaya kehidupannya kelak lebih baik dari kedua orang tuanya.

Motivasi itu semakin besar seiring peningkatan kefahamannya tentang Islam. Tetapi kondisi ekonomi keluarga yang sulit sekali diharapkan bangkit dan meningkat, membuatnya hampir pupus harapan.

"Sekolah Negeri, kan, gratis?" komentarku.

"Gratis SPP-nya, tapi yang lain-lain tetap mengeluarkan biaya. Kebutuhan untuk sekolah kan bukan hanya SPP. Dan lagi, saya khawatir dengan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak. Saya ingin sekolah yang lingkungannya baik, muatan pendidikannya baik, tapi biasanya sekolah seperti itu sangat mahal," ujarnya, sambil menyeka air matanya.

"Selama ini, usaha apa yang sudah dilakukan untuk persiapan masuk ke lembaga pendidikan seperti itu?"

"Menabung! Tapi sepertinya masih sangat jauh. Penghasilan kami yang kecil harus berebut dengan kebutuhan harian yang tidak bisa ditunda. Itupan sudah berusaha hemat sana-sini," jawabnya, sambil melepas nafasnya yang terasa sangat berat.

"Jer basuki mawa bea," gumamku.

"Maksud Umi?"

"Untuk hasil yang baik tentu dengan biaya atau pengorbanan. Kalau biaya berupa uang kita tidak mampu, mungkin Allah memberikan kita kemampuan yang lain."

"Misalnya?"

"Bea siswa. Cari sekolah berkualitas yang menyediakan. Beasiswa biasanya diberikan kepada siswa yang berprestasi. Dan masing-masing sekolah mencari siswa berprestasi yang sesuai visi-misi lembaga pendidikannya. Untuk sekolah yang mengutamakan prestasi akademis, akan memberikan beasiswa kepada calon siswa yang memiliki peringkat sepuluh besar di sekolah asal, misalnya. Atau sekolah yang selama ini banyak meraih prestasi dan melambung namanya karena prestasinya di ekstra kurikuler, maka akan memberikan beasiswa pada calon siswa yang menunjukkan potensi akan mengharumkan sekolahnya dengan prestasi yang sudah dibuktikan. Belakangan yang sedang berkembang, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa untuk calon siswa yang memiliki hafalan Al Qur'an. Tinggal disesuaikan, kira-kira anak bisa diajak mengejar yang mana?"

"Iya juga, ya? Tapi apa anak saya bisa?"

"Ini kesempatan mengajak anak berfikir untuk masa depannya, sekaligus mengajarkan masalah harkat diri. Hindarkan mencari gratisan atau keringanan biaya karena kemiskinan! Tetapi gratisan itu sebagai hadiah untuk prestasi yang telah diukirnya. Itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan mental kepribadiannya."

"Terima kasih, Umi. Semoga saya tidak termasuk orang tua yang menanamkan mental tangan di bawah pada anak-anak."

"Menerima pemberian dari orang lain tidak selamanya hina, tapi pastikan, orang yang mengulurkan tangan, tidak semata-mata kasihan pada kemiskinan yang menjadi bagian dari kehidupan kita. Apalagi sampai ada niat menjual kemiskinan itu. Saling menolong adalah bagian dari kehidupan sosial yang tidak bisa kita hindari, kalau tidak sebagai penolong, ya sebagai yang ditolong."

"Benar, Mi. Kadang kita terjebak pada sikap merendahkan diri di hadapan manusia, padahal seharusnya hanya di hadapan Allah kita patut merendah."

"Tapi jangan pakai slogan biar miskin asal sombong, ya? Allah membenci manusia yang dalam dirinya melekat sifat sombong."

"Semoga Allah melindungi kita dari sifat tersebut, aamiin."


Friday, October 24, 2014

Siksa Dunia, Kubur, Akherat

Ketika kepala terasa dipukul godam dari arah depan, belakang, atas, samping kanan, dan samping kiri.

Ketika keloid membetot dengan jeda per lima menit.

Ketika perut mual terasa diaduk-aduk dengan kekuatan super.

Ketika ketiganya datang dalam waktu yang bersamaan.

"Ya Allah, hanya padaMu aku berlindung!"

***
Di sini, di dunia, masih ada keluarga yang menemani, walaupun kondisinya juga sedang sakit semua.

Di sini, di dunia, masih ada tetangga yang siap membantu membelikan apa yang dibutuhkan.

Di sini, di dunia, masih ada teman pengajian yang mengantarkan makan siang.

***
Di sana, di alam kubur, siapa yang sudi menemani?

Di sana di alam kubur, siapa yang bisa menerangi kegelapannya?

Di sana, di alam kubur, siapa yang bisa melapangkan himpitannya?

"Ya Allah, hanya pada-Mu aku berlindung dari siksa kubur yang mencekam!"

***

Di sana, di akhirat, siapa yang memperhatikan, sedang masing-masing sibuk menyelamatkan diri dalam cekam ketakutan?

Di sana, di akhirat, siapa yang sudi berbagi seteguk air penghilang dahaga yang menyengat tenggorokan?

Di sana, di akhirat, siapa yang meminjamkan payung penghalang mentari yang berjarak hanya sejengkal dari kepala?

"Ya Allah, hanya pada-Mu aku berlidung di hari yang tiada pelindung selain Engkau!"

Saturday, October 18, 2014

Mengukir Jejak

Mungkin aku bukan sesiapa bagimu
Tapi tidak bagi Khalikku
Karena tiada yang sia-sia
Dari semua ciptaan-Nya

Mungkin aku tak berarti apa-apa bagimu
Tapi aku sungguh bernilai bagi kekasihku
Karena aku menyayanginya
Maka aku setia mengiringi langkahnya

Mungkin aku leceh di matamu
Tapi lihat sanjung di mata anak-anakku
Juga mereka yang merasa aku ibunya
Karena sungguh aku kasih pada mereka

Jejak-jejak terukir dalam setiap langkah
Walau kadang tak sempurna saat menapak
Ada lekuk yang terlalu dalam
Pun liku garis yang tak sepadan

Jejak langkah semakin berbilang
Walau kesalahan sering terulang
Sekali waktu tengok belakang
Pastikan jejak itu tak lekang

Setiap jejak memiliki arti
Jangan ada yang tertutupi
Dia akan menjadi saksi
Sebagai bukti keberadaan diri

Jejak itu akan menjadi petunjuk
Bagi generasi yang merujuk
Penerus langkah perjuangan
Menuju sukses masa depan

Friday, October 17, 2014

Mencoba Mendeskripsikan Gambar

Mendeskripsikan karya seni visual

Judul : Fallen Angel

Karya lukis : Wasi Kendedes

Sebuah gambar mampu mewakili beribu kata dan menjelaskan banyak persoalan, juga bisa menimbulkan berbagai penafsiran.

Pembuat gambar tentu punya pesan yang ingin disampaikan melalui karyanya, sedang penikmat menangkap pesan sesuai dengan wawasan, kemampuan memahami dan kondisi psikologis saat menikmati karya itu.

Tak ada jaminan pesan yang ingin disampaikan sipembuat gambar, diterima scara utuh oleh sipenikmat. Tergantung pada ketelitian si penyampai pesan maupun sipenerima.

Saya berkomentar sebagai penikmat, tanpa kenal secara pribadi ataupun karya-karya sebelumnya dari Mbak Wasi Kendedes,  juga tanpa latar belakang ilmu sedikitpun tentang seni rupa, gambar atau lukisan.

Kalau benar, yang dimaksud dengan judul itu adalah malaikat yang jatuh, maka Mbak Wasi punya alasan dan latar belakangnya sendiri, dan itu tidak akan kita ketahui dengan pasti kecuali yang bersangkutan mau berbagi dengan memberikanpenjelasannya.

Dari gambar tersebut saya menangkap tentang sebuah upaya penurunan visi misi hidup kepada anaknya, generasi pelanjut kehidupannya.

Makhluk bertanduk yang menyerupai manusia! Saya sulit mencari alternatif selain, makhluk itu merupakan gambaran iblis atau syetan.

Saya tidak juga menyatakan bahwa iblis atau syetan termasuk malaikat, itu diluar kemampuan saya untuk mengkajinya, tetapi setidaknya, dari berita langit kita ketahui bahwa iblis pernah hidup sezaman dan di tempat yang sama dengan malaikat dan Adam beserta istrinya, manusia pertama.

Dikabarkan bahwa  iblis diusir dari surga, tempat yang tak ada bandingannya dari semua kenikmatan, karena pembangkangannya pada Yang Maha Kuasa. Iblis marah! Iblis sakit hati! Dendam! Dia terjatuh dari kenikmatan  yang tertinggi. 

Dia dengki, tak rela kenikmatan itu diberikan pada Adam dan keturunannya. Dia bertekad akan melanjutkan dendamnya! Okelah, takdirnya kekal di neraka, tapi dia tak ingin sendirian! Dia akan berjuang, menyeret sebanyak-banyaknya keturunan Adam untuk menemaninya.

Kelonggaran yang diberikan padanya, tak pernah menemui mati selama umur dunia, membuatnya semakin bersemangat mengkader anak keturunannya. Jumlahnya berlipat dari umat manusia yang bernyawa. Pengkaderan itu dilakukan dari buaian hingga hari kiamat tiba.

Tak ada manusia yang terbebas dari serangannya, sulit menghindari pengaruhnya, kecuali orang-orang yang selalu ikhlas mengabdi kepada Sang Pencipta, karena hanya kuasa-Nya yang mampu melindungi.


Iblis begitu masif dalam pengkaderan anak keturunannya, bagaimana dengan kita, manusia?

Tuesday, October 14, 2014

Berita Bohong

Hhhh, galau!

Kok bisa?

Ahh, namanya juga manusia. Nggak hanya yang jomblo saja yang bisa galau.

Sebabnya? Lah, sebab sih bisa berbagai macam, dari masalah yang dianggap orang lain sepele, bisa juga memang masalah yang sedang dihadapi luar biasa menguras pikiran.

Jadi, ini mau membahas galau? Atau masalah yang bikin galau?

Nggak ah, itu sih sudah sering, ini yang ada kaitannya dengan galau, yaitu, apa yang dilakukan saat galau?

Jadi, nggak usah tanya apa yang membuatku galau, tapi apa yang kulakukan, salah satunya bagaimana meninggalkan kegalauan.

Oke, untuk kali ini aku main undian, untuk mengabaikannya. What?

Ya, undian, caranya, ambil Al Qur'an terjemah, buka sekenanya, baca terjemah ayat-ayat yang ada di halaman terbuka tersebut. Tentukan yang paling mengena di hati, baca agak serius dan pikirkan!

Yok, ikutan! Ini ayat yang kena giliran.

 "(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu, apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah, itu soal besar." Terjemah Al Qur'an Surat An Nur ayat 15.

Penjelasannya? Ah, cari sendiri ya, di google kan banyak yang menyediakan tafsir atau kajian tentang ayat itu.

Ayat singkat ini cukuplah untuk mengevaluasi sikap kita selama ini dalam menanggapi berita-berita yang beredar, baik itu di lingkungan nyata, dari media atau di sosmed.

Ngeri banget ya?

Sudah seberapa sering kita terlibat dengan hal seperti itu? Hmm, saking remehnya kita anggap masalah itu, sampai nggak bisa menjawab! Sedangkan dalam pandangan Allah, itu masalah besar yang balasannyapun tentu tidak ringan.

Astaghfirullah...

Sunday, October 12, 2014

Akun Abal-Abal

"Umi, ada keributan lagi," lapor Richie, sambil matanya tak lepas dari layar android. Suara notifikasi seakan berebut saling mendahului.

"Ribut opo maneh," sahut Umi, sambil menyusun puzzle Harish yang ditinggalkan di meja.

"Biasa, postingan kontroversial."

"Ikut nimbrung?"

"Richie sih penggembira aja, greget juga sih dengan tema bahasan, tapi nggak mau terlibat."

"Bagus!"

"Tapi kok kesannya cari selamat sendiri, ya?" Richie terlihat ragu.

"Lha, niatnya?"

"Menetralisir, supaya nggak terlalu panas, Bingung juga sih, mau memihak yang mana."

"Di dunia nyata kenal sama orangnya nggak?" tanya Umi.

"Nggak, lah Mi. Ya tapi kalau di dumay kita gampang akrab, dengan siapa saja."

"Dumay itu nggak beda dengan dunia nyata, hanya lebih bebas."

"Bebas gimana, Mi?" Richie heran.

"Kita bisa buat email berapa?" tanya Umi.

"Bisa banyak, Mi, tinggal ganti dikit-dikit datanya."

"Bisa buat berapa akun fb?"

"Kalau cerita mereka yang biasa main akun kloning, palsu, abal-abal, ya sepertinya bisa banyak juga."

"Dengan satu email, Umi bisa buat empat blog, aktif semua. Artinya, mau main seperti apa saja,  kita bisa di dumay, makanya nggak usah terlalu menguras emosi."

"Jadi bisa saja yang buat postingan dengan yang komentar, trus ribut, itu permainan satu orang yang menggunakan beberapa akun?"tanya Richie.

"Lha, katanya doyan baca novel detektif, nonton film spoinase, kok masih heran?"

"Itu kan Umi, kalau Richie belakangan ini suka ngintip-ngintip sinetron he he."

"Kita perlu memahami perkembangan zaman dan segala trik-triknya, supaya tidak terjebak pada permainan orang dan dikendalikan pihak lain."

"Maksud Umi, kita perlu memahami niat buruk dan kejahatan yang mungkin berkembang?"

"Begitulah, mengenali atau mempelajari kejahatan bukan untuk melakukan tapi agar bisa mewaspadainya."

"Su'udzon dong? Katanya nggak boleh?" sanggah Richie.

"Bukan suudzon, tetapi memikirkan sebanyak-banyak kemungkinan yang bisa terjadi."

"Iih, Umi, seperti dunia politik saja, penuh intrik."

"Apa kita bisa bebas dari dunia perpolitikan? Jangan dikira orang yang tidak berkecimpung di partai, tidak berpolitik. Kalau politik dimaksud menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya, maka hampir semua manusia berpolitik. Tujuan manusia kan bermacam-macam, ada yang ingin berkuasa di pemerintahan, ada yang ingin menguasai bisnis, dsb. Eh, kok jadi ngomongin politik ya?"

"Tau nih, Umi. Tapi gimana kalau akun abal-abal itu kelihatannya membela kebenaran?"

"Kita bela nilai kebenarannya, terlepas siapa di balik akun itu. Tapi tetap dengan pengendalian emosi. Tidak selamanya konflik harus dihindari, tapi efek dari konflik itu yang benar-benar dihitung. Usahakan seminim mungkin adanya korban."

"Korban apaan sih, Mi?"

"Korban perasaan."

"Halaaaah!"

Sunday, October 5, 2014

Si Jago Tua

Mungkin ada yang mentertawakan. Bisa jadi ada yang kasihan. Aku sendiri hanya tersenyum, dengan perasaan campur aduk, jika melihatnya ada di barisan sejawatnya. Sangat mudah dicari.

Saat hati sedang diliputi bahagia, memandangnya menghasilkan senyum syukur dan bahagia. Ini modal kami beraktivitas dan beramal sholeh. Alhamdulillah, masih ada yang bisa digunakan saat dibutuhkan.

Teringat saat dia sedang cape, dan butuh perawatan bengkel, tentu sangat merepotkan berburu waktu dengan segala urusan menggunakan ojek atau angkot.Untunglah pemilik bengkel langganan, berbaik hati meminjamkan motornya saat si tua harus direparasi.

Saat hati sedang kena bisul, nelangsa rasanya. Melihat teman lain sudah bermobil, setidaknya berulang kali berganti model motor sesuai perkembangan. Ah...sudahlah. Atau saat kami butuh kendaraan lebih, karena dua orang harus pergi ke tempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, akhirnya dia menjadi kambing hitam keterlambatan salah satu dari kami.

Kasihan sekali saat aku memandangnya dengan tatapan yang...mungkin menyalahkan, ketika kerapuhan pertahanan diri terhadap angin dan cuaca tumbang. Harusnya kan seusiaku layak ke mana-mana diantar kendaraan tertutup, cie...cie...mobil, maksudnya. Halah, ukurannya apa, main mengharuskan!

Warna aslinya hitam, atas kreativitas si sulung, penampilannya berubah dan sangat dikenali, siapa pemiliknya. Kekuatannya, jangan ditanya. Entah berapa puluh ribu kilometer telah ditempuhnya, baik jalan halus perkotaan atau jalan berbatu dan licin di perkampungan. Akupun tak tahu, sampai kapan kebersamaan ini, dan siapa yang harus pensiun lebih dulu, dia, Si Jago Tua atau aku Si...siapa ya?