Saturday, May 17, 2014

BEKAM? HIII. . .

<p> "Sakit nggak sih, dibekam?" tanya seseorang yang belum pernah dibekam.

"Sakit itu relatif, ada yang bilang nggak sakit, ada yang bilang sakit sedikit, tapi ada juga yang berpendapat sangat sakit," jelasku.

"Iya, sih. Tapi setidaknya ada bandingan rasa sakitnya," dia memaksa.

"Ok, pernah di infus? Dibekam tidak lebih sakit dari saat jarum infus ditusukkan," jelasku.</p>

"Belum pernah," jawabnya.

"Pernah diambil darah untuk dicek golongannya?" tanyaku, dengan harapan, semoga pernah. Sayang, dia menggeleng. Hmm, bandingkan dengan apa lagi ya?

"Pasti pernah digigit semut?" tuduhku.

"Pernah, tapi semut apa dulu?" jawabnya.

"Hampir semua jenis semut, kalau menggigit menimbulkan rasa sakit dan meninggalkan bentol, kadang ada juga yang menimbulkan rasa panas dan gatal. Sedang bekam, rasa sakitnya hanya saat ditusuk jarum."

"Hanya seperti itu?" tanyanya, tidak langsung percaya. Aku mengangguk

"Tapi, kan nggak hanya satu tusukan?" katanya, surut lagi.

Hmm, tidak mudah memang meyakinkan orang yang belum pernah melakukannya. Apalagi kalau punya trauma, seperti trauma jarum atau takut melihat darah.

"Rasa sakit saat bekam, sangat tidak sebanding dengan manfaat dari bekam itu sendiri. Biasanya, kita sangat takut denga bayangan, dengan sesuatu yang belum pernah dialami," jelasku.

"Memang sih, tapi bagaimana menghilangkan rasa takut itu?"  

"Dengan mengalaminya. Maka kita akan membuktikan bahwa rasa takut kita tidak beralasan." jelasku lagi.

Dari wajahnya, kulihat kebimbangan itu mulai berkurang, tapi belum sirna.

"Bekam itu pengobatan di zaman Rasulullah, ya?" tanyanya, ingin tahu.

"Ya, bahkan jauh sebelum Rasulullah lahir, pengobatan dengan bekam sudah dilakukan. Kemudian Rasulullah merekomendasikan ummatnya berbekam, untuk menjaga kesehatan ataupun untuk pengobatan."

"Apa masih cocok diterapkan di zaman sekarang? Bukankah ilmu kedokteran modern sudah banyak pilihannya?"

"Sebagai Muslim tentunya kita punya keyakinan, apa yang direkomendasikan Rasul sesuatu yang mengandung kebaikan. Selain itu, metode bekam sudah diteliti secara ilmiah dan direkomendasikan oleh para ahli yang melakukan penelitian itu, karena memang baik dan tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran modern."

"Tapi kok seperti mengandung unsur kekerasan, ya? Soalnya tubuh kita dilukai?"

"Coba  bandingkan dengan metode operasi," jawabku.

"Iya, juga sih."

"Mungkin ini masalah persepsi. Karena kita terbiasa dengan pengobatan modern yang pada umumnya berasal dari barat, sehingga ketika ada alternatif lain dalam pngobatan, ada rasa menolak, karena khawatir dan belum terbiasa. Padahal, perkembangan terakhir, bekam semakin dierima di masyarakat."

"Mungkin karena informasinya belum banyak," kilahnya.

"Informasi itu sudah tersebar, hanya saja, yang belum berkepentingan biasanya belum mau mencari, padahal setiap hari bergaul dengan internet."

"Iya juga, he he. Oke, sekarang saatnya membuktikan, takut itu tak beralasan."

"Siip!"


No comments:

Post a Comment